Tuesday, November 11, 2008

My Dreams

My Dreams (part 1)

Di suatu pagi, kuterbangun. Mendapati diriku tengah berada di suatu tempat yang asing.
Hei, ini bukan tempat tidurku! Di mana aku berada? Aku merasakan kelembutan seprai tempat tidur ini -polos, tanpa motif yang terbuat dari bahan yang amat bagus. Warnanya krem. Kesannya anggun dan mahal.
Aku bergegas turun dari tempat tidurku. Kulihat, sarapan pagi sudah terletak di meja kecil tidak jauh dari tempat tidurku. Kulihat sajian western food tertata dengan rapi. Sandwich berisi ikan tuna, telur omelet, dan secangkir orange juice. Perfect! This is the kind of food that I love.

Kubawa tray makanan itu, dan kulangkahkan kaki menuju teras. Lagi-lagi kulihat koran hari itu sudah tersedia, kubawa serta menuju teras. Apa yang lebih sempurna dari makan pagi outdoor, menikmati cahaya mentari dan membaca koran hari ini?

Tempat ini sepertinya asing. Namun di sisi lain, rasa déjà vu menghinggapi. Ini bukan pertama kalinya aku di sini. Entah, tempat ini begitu familiar bagiku. Semua tertata rapi, serapi yang kuinginkan, serapi yang kuimpikan. Walaupun terkadang rasa malas menghinggapiku untuk beres-beres rumah, tetapi kamar dan rumah seperti inilah yang kuidam-idamkan.
Di teras, tersedia meja makan yang tidak terlalu besar. Berkapasitas dua sampai tiga orang. Terbuat dari bahan logam, berukir bunga. Lagi-lagi terlihat serasi dengan perpaduan alam yang menorehkan kesempurnaan spektrum warnanya di pagi itu. Kolam renang kecil berwarna kebiruan terhampar di belakang sana. Tidak terlalu besar memang, tetapi indah. Airnya memberikan kesejukan tersendiri di hatiku hanya dengan menatapnya. Dan bunga-bungan bermekaran di sampingnya? Oh, tak terkira indahnya. Dan ditambah lagi cuaca tengah sangat indah hari ini. Angin sepoi-sepoi bertiup dengan lembut, mengibaskan sedikit rambutku.
Aku duduk dan menghirup jus-ku. Pelan-pelan, kubuka lembaran pertama surat kabar yang ada di tanganku, sambil tangan yang satunya mengambil sandwich dan menyuapkannya secara pelan ke dalam mulutku.

Tempat ini indah, tidak terlalu asing, ada pengalaman lama yang sepertinya berteriak ingin kembali ke masa kini. Dan itu tengah kualami. Semua keindahan itu sepertinya sempurna. Namun, kenapa aku di tempat ini sendirian? Sepi… Alone... Lonely…
Alam seindah ini, tidak mampu menghibur aku yang tiba-tiba merasa sepi. Teringat, dulu di tengah keramaian yang kurasakan di ibukota Jakarta, aku pun pernah merasakan kesepian yang mendalam. Kenapa rasa itu timbul lagi? Di tengah semua impian tentang rumah-alam-aktivitas yang menyenangkan yang kualami, mengapa masih timbul rasa sepi yang tak terelakkan? Menyeruak kuat dari dasar hatiku dan sekarang dia mendominasi. Sepi. Sendiri. Sunyi.

Pelan-pelan, kuselesaikan sarapanku. Kuangkat kembali tray makananku, kutempatkan kembali di tempat semula, di dalam kamarku.
Aku duduk, mengambil buku yang ada di sisi tempat tidurku. Pembatas buku menunjukkan aku sudah menyelesaikan hampir separuh dari buku itu. Dan buku itu berjudul My Dreams. Mungkin itulah yang membuatku terlempar ke sini. Ke bagian terdalam dari diriku yang meronta-ronta ingin memenuhi kebutuhan imajinasiku. Daya khayalku mengajakku terbang ke satu kondisi yang tidak pernah bakal kujumpai dalam rutinitasku.
My Dreams, memaksaku, merayuku, dan dengan senang hati membawaku ke lapisan-lapisan terdalam relung hatiku yang membuatku mampu bertahan dalam impian. Di saat semua keadaan yang sangat tidak mendukungku untuk bermimpi, buku ini mampu mendobrak rutinitas dan ketakutanku.
Hei! Aku mau bermimpi! Tidak salah, kan, punya mimpi???

Dan seolah semua berubah begitu cepat. Aku terjaga dengan terkejut. Kudapati kembali aku di kamarku. Tetapi bukan seperti yang aku mau, tempat ini adalah tempat nyata di mana aku tidur. Tempat ini, seprai garis-garis ini, kamar sempit ini, adalah kamarku. Dan kulihat pemandangan luar lewat jendelaku. Sempit, becek, dan tidak karuan. Berantakan. Mana keindahan yang kudapati di mimpiku tadi? Mana kesempurnaan yang memesona hatiku dan membuatku teramat terhanyut dalam ketenangan luar biasa? Hilang….Raib entah ke mana.
Dan inilah kenyataan yang harus kuhadapi. Tidak ada teras indah, yang ada pekarangan sempit yang berhadapan dengan rumah tetangga. Jalan rumah ini hanya bisa dilalui sepeda motor. Jangankan hamparan luas tanah yang berkolam renang dengan keindahan tamannya, yang ada hanya genangan air becek bekas hujan semalam.
Kenyataan memang pahit. Tetapi kalau saja aku diizinkan untuk bermimpi, sekali lagiiii sajaaa… Satu hari lagi saja…Aku ingin sungguh menikmati setiap detik di impian itu, sehingga aku bisa tersenyum saat berada di tengah kenyataan pahit yang kualami. Andai itu jadi nyata….

Bersambung…

Singapore, 12 November 2008
-fon-

My Dreams (Part 2)

Pembunuh Impian

Sekian lama, aku hidup dengan pembunuh impian. Dengan orang-orang yang menganggap apa yang aku lakukan adalah mission impossible. Buat mereka yang logis dan realis, seorang pemimpi hanyalah mereka yang kurang kerjaan dan terkadang terkesan gila dan eksentrik. Bila ingin melakukan sesuatu di luar kewajaran, tidak salah juga oleh beberapa orang, aku dianggap orang gila. Namun, kalau Wright bersaudara mampu mewujudkan impian mereka membuat pesawat terbang di udara, rasanya tidak ada yang mustahil. Dan berapa banyak pula orang di zaman mereka yang berpikir mereka gila? Ditambah lagi, di sekeliling mereka, rasanya tidak kurang orang yang juga mencemooh dan entah disengaja atau tidak berusaha membunuh impian mereka dengan kata-kata ataupun perbuatan. Dengan tidak mendukung mereka, mengatakan apa yang mereka lakukan adalah sia-sia belaka, karena manusia bukan burung, mana mungkin bisa terbang?
Impian mereka yang kuat ditambah kerja keras, membawa mereka mencapai hasil penemuan terpenting yang membuat kita dengan mudahnya terbang ke Amerika, Australia, dan ke bagian mana saja dari belahan bumi ini. It’s possible!

Kenyataannya, tinggal di gang sempit, berada di lingkungan keluarga miskin, lahir dari keluarga miskin dan terbelakang, membuatku ‘diharuskan’ menerima bahwa keluarga kami akan selalu merupakan keluarga miskin tanpa ampun, tujuh kali tujuh turunan. Namun, di antara keputusasaan akan judgment itu, di antara kepahitan kenyataan bahwa aku harus berhenti bersekolah pas lulus SMU saja dan tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi, aku masih punya mimpi.
Mimpi-mimpi itu kugenggam erat. Membuatku mampu bertahan di tengah arus kehidupan yang terkadang amat liar, tak terbendung, berusaha menarikku ke dalam lembah kekelaman keputusaaan tanpa akhir.
Terlepas dari takdir, nasib, nenek moyang turun temurun yang mewariskan kemiskinan dan kebodohan, aku mau merdeka! Ini bukan semangat ’45 saja, tetapi sungguh, aku mau!
Aku mau mengakhiri zaman keputusasaan yang membelenggu keluarga kami. Untuk itulah, kubuat buku berjudul My Dreams.
My Dreams berisikan banyak impianku, mulai dari yang sederhana semisal nonton bioskop, membeli CD player dan VCD-DVD Player, sampai jalan-jalan ke luar negeri, ke mana saja, agar aku bisa melongokkan kepalaku dari tempurung yang selama ini menguasai ke-katak-anku. Aku sungguh merasa bagai katak dalam tempurung yang tidak pernah ke mana-mana, tidak pernah merasakan kemapanan, namun aku mau mengejarnya.
Belum lagi dengan siapa atau maksudnya dengan orang seperti apa aku mau menikah, kehidupan semacam apa yang ingin aku nikmati lima sampai sepuluh tahun ke depan nanti, semua kutuliskan. Termasuk kamar seperti apa yang kuinginkan, pemandangan di belakang rumah seperti apa yang aku idamkan. Dan itu semua, terbawa mimpi. Impian membawaku bermimpi! Dan itu indah sekali… Memberikan kekuatan baru, di saat aku terbangun pagi ini, di mana aku harus berjuang lagi dengan meyakinkan pembunuh-pembunuh impianku di rumah ini, bahwa aku masih ingin bermimpi. Satu hari lagi, satu tahun lagi, ah…bahkan seribu tahun lagi, kalau umurku masih panjang…

Buku impianku berisikan tulisan, gambar, tentang apa yang kuinginkan, dan itu semua kutuliskan dengan sepenuh hati. Kubaca dan kudoakan siang dan malam. Di tengah kesibukan membantu warung di rumah, aku menyempatkan diri mengintipnya sebentar, tersenyum membayangkan keindahan impian itu, sebelum masuk lagi ke rutinitas harianku.

“ Rokok sebungkus, neng…” Sapaan itu menghentikan sejenak lamunanku. Dan kuambil rokok langganan Pak Budi, lalu tak lupa mengucapkan terima kasih. Mimpiku terhenti. Setiap ada orang yang datang ke warung, aku harus berhenti sejenak. Pause. Bukan stop. Karena kalau berhenti total, artinya aku juga mulai memikirkan untuk menghentikan roda kehidupanku. Apalah artinya hidup, jika dilalui tanpa impian? Bagiku itu hanyalah hidup seorang zombie, yang badannya saja hidup, namun sudah tiada gairah hidup. Semangat hidup yang menipis, meluap entah ke mana, bahkan berlalu bersama angin membuat orang tidak mampu bertahan melewati banyak cobaan.
Bukannya sok, aku juga bukan orang yang selalu kuat. Namun, aku juga tidak mau menyerah. Menyerah, tanpa impian, buatku sudah berarti kalah. Setidaknya dengan bermimpi, aku masih punya semangat, masih ada yang memotivasiku kembali untuk bangkit, karena aku mau mencapai tujuanku. Sekarang, setahun, dua tahun, lima tahun, mungkin juga sepuluh. Aku tidak peduli berapa lama, asalkan aku, si pemimpi ini, masih bisa melanjutkan hidupku dengan senyum ceria, menyambut kehadiran hari baru sebagai satu kesempatan baru, sebagai satu anak tangga untuk mendekati mimpiku.

Dan datanglah pembunuh impian nomor satu. Tidak lain, ayahku sendiri. Dia dengan tegasnya menyuruh aku makan siang. Aku kan bukan anak kecil, kenapa juga musti sebegitu tegasnya, papah? Dan dia paling tidak suka melihatku melamun. Anak gadis kalau melamun, bisa macam-macam katanya. Dan dia paling takut, kalau aku tidak kawin. Karena akan menjadi bebannya seumur hidupnya. Dia juga paling sering melihat buku impianku dan tidak lupa menertawakanku secara sinis. “ Sudah sampai mana impianmu, neng? Bangunlah! Jangan tidur terus…”

Aku berlalu sambil kecewa. Kejadian ini hampir berulang setiap hari. Seperti film yang di-rewind, begitulah adanya. Bosan. Keadaan yang terburuk adalah tinggal bersama si pembunuh impian yang terus menyerang dengan kata-kata dan tindakan yang mematikan kreatifitas dan daya khayalku. Tetapi, kalau dia pikir dengan begitu dia mampu menghentikanku, dia salah besar! Karena dia berhadapan dengan aku, si putri kandungnya sendiri, yang mewarisi ke-kerashati-annya sekaligus ketegarannya. Kalau harus adu keras hati, aku tidak akan kalah sama papah. Aku berlalu, menatap makan siang yang tersedia di meja makan. Hasil jerih payah masakan ibuku, mamah… Mamah memasakkan sayur asam, tempe, dan ikan asin. Aku makan dengan lahap, karena ada sambal terasi kesukaanku juga. Sambil bermimpi makan western food sebagaimana layaknya yang kulihat jelas dalam mimpiku, aku tersenyum. Sayur asam ini terasa sandwich, tempe bagaikan omelet, dan teh pahit ini serasa orange juice.
Gila? Anggaplah sedikit banyak kegilaan itu mulai menjalari otakku dan meracuniku. Tapi, untuk impian dan masa depan yang lebih baik, aku mau gila. Gila demi mencapai impian yang kuidamkan. Biarkan saja si pembunuh impian itu berceloteh panjang lebar, menghina, meremehkan. Dia akan jadi saksi suatu hari nanti, kalau semua perkataannya itu harus dia telan dan dia harus minta maaf padaku. Tunggu waktuNya, pah!

Berjuang sendirian dengan mimpi-mimpiku, terkadang terasa melelahkan. Namun, dengan senang hati, alam tidur memperkuat diriku kembali. Impian (read:bunga tidur) yang sepertinya sudah jadi nyata, menguatkan aku dengan sebegitu detailnya menggambarkan apa yang kuinginkan, sedetail apa yang kutulis, apa yang kugambarkan dalam buku impianku.

Malam hari, kupegang My Dreams erat-erat. Aku mau bermimpi indah lagi. Bertahan satu hari lagi. God, help me!

Bersambung…

Singapore, 14 November 2008
-fon-
*tengah malam, pukul 12.25

My Dreams Part 3

Second Chance

I can show you the world
Shining, shimmering, splendid
Tell me, princess, now when did
You last let your heart decide?

I can open your eyes
Take you wonder by wonder
Over, sideways and under
On a magic carpet ride

A whole new world
A new fantastic point of view
No one to tell us no
Or where to go
Or say we're only dreaming

A whole new world
A dazzling place I never knew
But when I'm way up here
It's crystal clear
that now I'm in a whole new world with you



Diiringi lagu film Aladdin itu, aku duduk di atas sebuah permadani yang membawaku terbang melintasi bagian demi bagian bumi. Kulihat Menara Eiffel di Perancis, Great Wall di China, Taipei 101 di Taipei- Taiwan, juga keindahan nusantara: Bali-Yogya-Medan-Manado, dan terus, dan terus, dan terus…
Pemandangan spektakuler tak terkira membuatku tersenyum. Ini bagian dari mimpiku, keliling dunia, untuk membuka wawasan dan melihat perkembangan negara lain. Sungguh menyenangkan!

Dan tiba-tiba permadaniku parkir dengan mendadak, gubrakkk, aku terjatuh, dan ketika kudapati diriku di lantai, ternyata aku sungguh terjatuh dari tempat tidur sempitku karena aku terlalu seru dalam mimpiku ternyata. Ouch, it hurts!
Bangun dari mimpi indah, tidak selalu menyenangkan, ada bagian dari diriku yang menghentak dan menagih untuk masuk ke alam mimpi kembali, karena apabila kulihat kenyataan yang amat mengecewakan, rasanya aku tidak mau lagi berada di dunia realita ini. Tetapi, satu sisi, aku sadar, aku harus berjuang untuk mewujudkan impian itu jadi nyata. Kalau cuma bermimpi dan bermimpi terus, tanpa tindakan untuk mewujudkannya, aku tahu, impian itu juga tidak akan pernah tercapai. Mungkin statusku hanyalah pemimpi nomor satu, tanpa bisa mewujudkannya.

Sejujurnya, aku tidak pernah sebegitu bersemangat sebelum ini. Namun, ketika aku hampir mati ditabrak bus, itulah yang mengubah aku, menjadikan semangatku berkobar-kobar. Karena aku takut, waktuku habis tanpa sempat mewujudkan apa-apa. Aku takut diriku sendiri menyesali kenyataan ini, karena aku terlanjur menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan beri, tanpa berbuat apa-apa dan kesempatan itu lewat begitu saja. No way!

Setiap orang berhak atas kesempatan kedua dalam hidupnya. Dan itulah yang kualami. Di satu perjalanan bersama mamah untuk belanja ke pasar, setelah aku keluar dari gang rumahku, aku berjalan menuju halte bus terdekat di depan gang kami. Dan kulihat, bus yang akan membawa kami ke pasar sudah datang, dan aku mengejarnya. Mamah tertinggal di belakangku, sambil berusaha berlari, namun sepertinya dia sudah terengah-engah. Maksudku, agar aku sampai terlebih dahulu ke bus tersebut biar kuberitahu sopirnya untuk menunggu sebentar. Kasihan mamah kalau sampai ngos-ngosan begitu. Namun, tidak kusangka, setelah aku berlari cepat keluar dari gang menuju jalan raya di depan halte tersebut, maksudku untuk memotong jalan, ternyata di belakang bus yang kami tuju, sudah antri bus lain yang mau menurunkan penumpang. Dan tidak tanggung-tanggung, bus itu ngebut luar biasa, dan berhenti tepat di belakangku. Aku shock, karena sedikitnya bahuku tercium bagian depan bus itu. Dan sopir bus itu memarahiku, “ Mata ditaruh di mana, neng? Nanti kalau mati, abang juga yang kena!”
Aku masih kaget. Terdiam. Mamah di belakang memanggilku, “ Neng, kamu baik-baik saja?”
“ Iya, mah…” Ucapku pelan, sambil berusaha menenangkan debaran jantungku. Yah, aku hampir mati. Dan mati dalam usia 20-an begini, agak menyedihkan dalam pandangan mataku. Tentu saja, umur adalah di tangan Tuhan, aku tidak hendak melawan hal itu. Namun dalam usia 20 tahun, aku masih ingin banyak mewujudkan impian dalam hidupku. Dan kalau aku mati, bagaimana mungkin itu bisa terwujud?

Sejak hari itu, aku berubah. Aku dulu termasuk orang-orang yang kusebut zombie, tanpa gairah hidup, tanpa impian, tak pernah pikir panjang untuk masa depan. Aku terlanjur terlena untuk menerima hidup terlalu apa adanya dan cenderung malas. Ibarat kalau memang Tuhan mau kasih makan, biar Tuhan antar nasi itu ke hadapanku. Tetapi, kini aku tahu, di waktu singkat kehidupan ini, aku mau berbuat sesuatu. Jangan sampai hidupku berlalu tanpa usaha dari diriku.
Aku merasa bersyukur juga bahwa Tuhan memberikan second chance kepadaku. Dia bisa saja ambil nyawaku ketika itu, kalau memang waktuNya tiba. Tetapi tidak dilakukannya. Bagiku, itu merupakan shock therapy sekaligus titik balik untuk kembali bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam hidupku.

Setiap orang berhak atas kesempatan kedua dalam hidupnya. Second chance itu hadir dalam hidupku, dan aku mau mempergunakannya semaksimal mungkin.

Kugenggam erat buku impianku. Ini buah second chance yang kurasakan. Perwujudan syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas karuniaNya, sekaligus juga membuatku berani keluar dari zona kemalasan yang selama ini menaungiku. Aku mau lakukan sesuatu. Sesuatu yang besar akan terjadi. Dan ditambah dengan orang-orang yang skeptis dengan impianku, pembunuh impian seperti papahku dan beberapa orang lainnya, membuatku sungguh termotivasi untuk bekerja keras, berdoa, dan berharap akan kebaikan Tuhan dalam hidupku.
Hidup hanya sekali. Kalau tidak sungguh-sungguh kuperjuangkan, apalah artinya?

Bersambung…

Singapore, 19 November 2008
-fon-
* While my baby’s sleeping…

My Dreams Part 4

Si Eneng

Neng, eneng, Ning. Itulah panggilan orang-orang untuk aku. Terkadang, aku yang terbiasa dengan panggilan itu sampai lupa kalau nama asliku sebetulnya adalah Delina. Gabungan nama kedua orang tuaku, Dewo dan Lina. Dewo, papahku, adalah keturunan Cina namun sangat mencintai Jawa. Baginya tanah tumpah darahnya adalah Indonesia. Dia bahkan akan membela apabila ada saudara dari pihaknya yang menjelek-jelekkan Jawa apalagi Indonesia. Dia sangat nasionalis! Dan dia memang keras dan tegar. Karena itulah, dia sangat mempertahankan keyakinannya akan sesuatu. Terkadang baik, namun bagiku, itu sangat menjengkelkan, karena dia selalu merasa benar, tidak pernah salah, self-centered, dan tidak bisa mengerti perasaan orang lain. Apalagi apa yang diidamkan oleh anaknya, dia tidak pernah tahu. Lebih tepatnya, tidak mau tahu.
Mamah, pribadi yang lembut dan mengasihi. Berbalik 180 derajad dari papah. Mamah terkesan lemah di hadapan papah, kesannya sangat menerima papah apa adanya. Namun, aku tahu, di balik itu semua, mamah menyimpan luka yang lebar yang harus ditanggung seumur hidupnya. Karena oleh keluarga papah yang totok itu, dia dianggap gagal memberikan keturunan laki-laki di keluarga kami.
Mamahku, Lina, beda 10 tahun dari papah. Mereka menikah bukan atas dasar cinta. Namun, dijodohkan. Mamah percaya kalau yang diberikan orang tua adalah yang terbaik baginya. Dan tidak ada keinginan dari dirinya untuk menolak ataupun memberontak. Kalau papah, dia menerima mamah karena memang mamah cantik. Sudah cantik, muda lagi. Siapa yang bakal menolak? Mamah menikah sesaat sesudah menamatkan SMAnya, saat dia belum genap berumur 20 tahun. Sedangkan papah, sudah hampir tiga puluh tahun.
Mamah, dari keluarga menengah ke bawah, tinggal berjauhan dari papah, namun ada hubungan keluarga. Yang entah kalau dirunut dari mana, ada hubungan karena perkawinan. Mamah juga keturunan Cina yang kakek-neneknya berasal dari Mainland, Cina daratan.

Aku? Delina. Anak tunggal dari Dewo dan Lina. Dan ketidakmampuan kedua orang tuaku untuk memberikanku adik, terutama adik laki-laki, membuat mereka menjadi bulan-bulanan di pertemuan keluarga besar kami.
Terkadang kupikir, apa sih hebatnya terlahir sebagai laki-laki? Apa sih yang membuat laki-laki begitu berkuasa tanpa memedulikan perasaan si anak perempuan? Bukankah si anak perempuan itu adalah keturunannya juga? Memang di beberapa suku di Indonesia maupun dalam tradisi Cina, marga diteruskan oleh anak laki-laki. Dan anak perempuan akan melebur dalam marga suaminya nanti, karena keturunannya akan menyandang marga suaminya. Namun di masa kemerdekaan, di zaman modern seperti ini, apakah masih ada yang mempermasalahkan gender seperti itu? Mungkin kamu tidak percaya, tetapi itulah yang kulihat dan kualami. Pembedaan dalam banyak hal karena aku adalah perempuan. Mungkin kalau aku anak laki-laki, papahku bakal berusaha mati-matian menyekolahkan aku. Walaupun dengan pinjam kiri kanan, termasuk pinjam ke keluarga besarnya. Dan pinjaman itu tidak dikabulkan hanya dengan alasan, buat apa anak perempuan sekolah tinggi-tinggi? Yang penting cantik, bisa dandan, bisa masak untuk menyenangkan suami, dan bisa mendapatkan suami kaya berpendidikan tinggi untuk menunjang keluarga di kemudian hari.
Sinting! Sinting? Iya, memang keluarga papaku agak sinting. Dan itu yang terjadi selama ini. Aku kecewa dan sakit hati. Terutama dengan papahku. Dia amat terpengaruh dengan hal itu, sehingga dia membedakan perlakuannya dengan kentara terhadap aku. Tidak demikian dengan mamah. Dia menerimaku. Dia menyayangiku. Dengan segala keterbatasannya, karena dia harus menghadapi kekejian keluarga papahku plus pengaruhnya dalam diri papah yang tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik setiap disinggung soal ini, dia mengasihiku tanpa pamrih.
She’s the reason why I try to be strong and live my dreams! Karena suatu saat, aku ingin membuktikan kepada papah dan keluarga papah, kalau aku, si anak perempuan tak diharapkan ini, bisa membuat mereka bangga, atau setidaknya membuat mereka mengangkat topi.

Aku tau, sepertinya aku mau bermimpi karena dendam. Dan dalam hatiku, aku selalu ditegur suara yang lembut, yang berkata, tidak baik kalau aku mendendam dan harus memaafkan. Dan kalaupun ada keinginan yang timbul dari dendam itu, hendaknya dimurnikan. Tetapi, aku tidak mau, aku tidak peduli. Biar saja. Mereka harus tau, bahwa mereka tidak bisa menganggap remeh aku.

Namun apa daya, karena memang keadaan memaksaku menjaga warung papah, di saat dia sakit-sakitan seperti sekarang ini, tidak membawaku ke mana-mana. Aku tetap di warung ini. Si Eneng is going nowhere. Hiburanku satu-satunya adalah ke Persekutuan Doa di paroki kami. Hiburan? Iya, hiburan. Di luar memang aku perlu besosialisasi karena aku stress dengan keadaan rumah. PD menjadi pelarian positif bagiku. Karena di situlah aku bertemu dengan Tuhan, bertemu dengan banyak orang yang kurang beruntung dariku. Namun tidak kurang melihat begitu banyak orang yang diberkati Tuhan dengan harta tetapi masih sangat mempedulikan sesama. Mereka tidak dibutakan harta duniawi. Namun mempersembahkannya demi kerajaan Allah.
That’s what I love!
SUATU SAAT NANTI, kalau aku jadi KAYA, aku mau lho mempersembahkannya bagi orang-orang yang kurang beruntung. Agar mereka juga merasakan sepercik kasih Allah dalam kemaraunya kehidupan mereka.

“ Mie Instan rasa ayam bawang 3 bungkus, neng!”
Ah, lagi-lagi suara pelanggan warung menghentikan lamunanku. Kalau hari tengah sepi begini, memang aku cenderung melamun, bermimpi dan berpikir keras untuk menjadikan impianku jadi nyata.
Ada banyak hal yang tidak bisa diubah. Aku tidak bisa mengubah diriku jadi laki-laki. Karena aku perempuan tulen. Aku tidak bisa mengubah papah dan mamahku, karena kata Oom di PD, mereka juga sudah ditentukan sebagai orang tuaku, oleh Tuhan.
Aku tidak bisa mengubah kemiskinan keluarga kami di masa lalu dan masih berlanjut di hari ini, tidak bisa mengubah kekerasan keluarga papah, namun aku tau pasti, kalau aku berusaha menggali apa yang bisa kulakukan dengan baik, nanti suatu saat, aku bisa membawa perubahan. Aku mau berubah, itu yang penting. Dan perubahan itu moga-moga perubahan yang lebih baik.

Kuambilkan mie instant dan kumasukkan ke dalam kantong plastik. Kuberikan kepada si Mbak, pembantu rumah tangga yang sudah bekerja lima tahun di keluarga seberang.

Hidup terkadang tidak adil. Aku korbannya. Aku tidak bisa memilih banyak hal. Namun, saat ini, aku mau menerima ketidakadilan itu sebagai bagian dari kehidupan itu sendiri. Tidak ada yang bisa memastikan hidup selalu adil. Adil bagi seseorang mungkin berarti ketidakadilan bagi orang yang lain. Ketidakadilan itu membawaku memegang erat kembali My Dreams. Untuk masa depan yang lebih baik, untuk hari esok yang lebih cerah, si Eneng mau berusaha…

Bersambung…

Singapore, 26 November 2008
-fon-
* siang menjelang sore…

My Dreams Part 5

Tragis

Pagi ini aku terbangun dengan kesegaran baru. Karena mimpi indahku semalam membawaku bertemu dengan pangeran pujaan hatiku. Dia tidak terlalu tampan, namun gagah, dan cukup tinggi. Dan yang pasti, dia sangat baik padaku dan selalu mau mendengar keluh-kesahku. Dia mengerti perasaanku, kesendirianku, kesepianku, dan luka hatiku. Ah, sepertinya setiap tarikan nafasku pun, dia mengetahuinya. Menemukan dirinya dalam hidupku, membuat aku bersuka cita. Aku amat bahagia, sekaligus amat berterima kasih kepada Tuhan.

Pelan-pelan, aku mulai mandi. Si Eneng akan menikmati hari ini. Di luar segala kepedihan yang terjadi, di luar segala kesinisan pandangan papah akan aku dan impianku, ah…aku tak peduli. Aku mau nikmati hari ini! Jarang-jarang aku bisa begini, karena rata-rata aku selalu termangu dalam impianku dan terkadang larut dalam rasa ketidakadilan yang menimpaku. Tapi, aku mau berubah.
Hari ini, aku ke pasar. Jadwalku hari ini sendirian, karena mamah harus menyelesaikan pesanan kue dari tetangga di gang sebelah kami. Mamah terkadang memang membantu ekonomi keluarga dengan berjualan kue kering, terutama di saat-saat mendekati Natal, Lebaran, ataupun Imlek. Lumayan buat nambah-nambah penghasilan. Karena mamah kekurangan bahan seperti telur dan gula pasir, aku yang membantu membelikannya sekaligus belanja untuk keluarga kami.

Aku ke pasar dengan ceria. Mungkin si abang tukang tahu bingung melihatku pagi ini. Aku tersenyum, mengajaknya bicara, bertanya sedikit tentang anak istrinya, baru beranjak pergi.
Begitu pun abang tukang telur dan pemilik warung yang menjual gula pasir. Biarlah sedikit kebahagiaan yang kurasakan, ingin kubagikan kepada mereka.

Pelan-pelan kuselesaikan belanjaan, satu demi satu. Wuih, berat juga ternyata! Pulang aku naik ojek dari depan gang setelah turun dari bus kota, karena terlalu berat bagiku untuk berjalan kaki dengan setumpuk belanjaan hari ini.
Kudapati kerumunan orang di depan rumahku. Kenapa begini? Perasaanku tiba-tiba tidak enak. Karena tidak pernah terjadi seperti ini.
Kulihat, papah menangis. Hal yang sangat jarang terjadi. Dia sungguh tegar hati dan sombong, mana mungkin meneteskan air mata???
Perasaanku tambah tak enak… Aku berlari ke arah kerumunan itu, kulihat wajah mamah biru dalam pelukan papah.
“ Mah, ada apa?? Jangan tinggalkan Eneng, mah…!!!” Aku berteriak sambil menangis.
Mbak Sis, tetangga kami dan akrab denganku dari aku kecil memelukku dan mengatakan,
“ Sabar yah, neng. Mamahmu sudah tiada. Tadi dia terpeleset di kamar mandi dan dia terjatuh dengan bagian kepala belakang menghantam lantai kamar mandi. Kami sudah berusaha menolong dan berusaha juga mencarikan dokter. Namun, mamahmu tak bertahan lama. Dia sudah pergi ketika dokter datang. “

Ya Tuhan, sebegitu cepatnya kah Engkau merenggut seseorang yang berharga dalam hidupku? Begitu teganya kah Engkau meninggalkan aku seorang diri tanpa orang yang kucintai? Apalah artinya hidupku, impianku, My Dreams?? Semua sia-sia. Kalau tidak ada mamah, semua tak berguna. Karena mayoritas impianku kutujukan untuk membahagiakan mamah, sebagai orang yang selalu mendukung aku selama ini. Kalau dia tiada, apa masih tersisa semangat hidupku? Rasanya tidak. Tuhan, mengapa ini semua terjadi???

Aku berusaha menegarkan hatiku. Aku berusaha berpikir lurus, selurus yang aku bisa di tengah kondisi yang sangat memilukan itu. Kami harus mempersiapkan pemakaman mamah. Dan aku harus banyak bicara dengan papah mengenai ini dan itu.
Papah tidak terlalu banyak bicara. Dia juga shock. Aku tahu, sebetulnya dia sangat mencintai mamah. Namun, karena tekanan hidup yang dia sendiri tidak bisa atasi, akhirnya dia melampiaskannya kepada mamah. Not wise, but he can’t handle it well.

Mamah langsung dimakamkan hari itu juga. Karena kami tidak mampu menyewa rumah duka terlalu lama. Lagian, tidak banyak saudara yang kami tunggu. Karena aku anak tunggal dan saudara dari pihak papah tidak banyak juga yang datang. Sementara mamah, oh… dia juga sebatang kara. Dia sendiri tidak tahu siapa orang tuanya karena dia dibesarkan oleh neneknya.
Sedihnya suasana hatiku tak bakal bisa digambarkan dengan kata-kata.
Sedih. Marah. Kecewa. Terluka. Yah, kembali aku menyadari bahwa luka yang amat lebar terbuka dan mulai berdarah. Aku menangis dan menangis.
Tuhan, beri aku kekuatan. Aku sudah hampir ingin meninggalkan ini semua bersama mamah. Hidupku sudah tidak ada artinya lagi.
Tetapi aku sadar, kalau aku masih diberi kehidupan, itu berarti aku harus bertahan. Walaupun sesulit apa pun, harus tetap berusaha tegar dan berjalan.
Sebetulnya Kau mau apa dalam hidupku, Tuhan? Mengapa kau lakukan ini? Why did you do this to me???

Malam hari di rumah…
Kubuka kembali My Dreams. Ada banyak impian yang ingin kucapai demi mamah. Ada banyak perjalanan ke luar negeri yang ingin kulakukan juga bersama mamah. Tapi, waktu mamah sudah habis di dunia ini. Mamah sudah pergi meninggalkan aku dengan mimpi-mimpiku.
Tuhan, kalau memang Kau peduli padaku, kenapa Kau ambil mamah dari sisiku?
Ini hal yang paling tragis bagiku. Kehilangan seseorang yang kukasihi, tanpa ada firasat apa pun. Perasaanku yang tenang di pagi hari membuatku bersuka cita berganti dengan lautan kesedihan tanpa batas karena kehilangan mamah.
Aku kehilangan pegangan. Seseorang yang terpenting dalam hidupku sudah diambil.
Aku tidak bisa berpikir jernih. Aku hanya bisa menangis. Menangisi ketidakpastian hidup yang terus mengombang-ambing aku.
Hari ini aku tidak bisa bermimpi untuk My Dreams. Mimpiku hanyalah agar mama tidak Tuhan ambil begitu mendadak dari sisiku. Aku belum siap.
Tuhan, tahukah Kau bahwa aku belum siap kehilangan mamah?
Aku kembali menangis dan air mata memenuhi wajahku. Aku diam.
Dalam diamku, suara hatiku berbisik… “ Ini yang terbaik bagi mamahmu. Tuhan tahu. Dan Dia akan sediakan sesuatu yang terbaik juga bagi dirimu.”
Aku tersenyum getir… Kalau dulu, pasti aku sudah meloncat dalam suka cita lautan kegembiraan. Namun sekarang? Entahlah…Aku tidak bisa apa-apa. Kututup wajahku dengan bantal. Aku menangis lagi. Mamah, I miss you. Kapan kita bertemu lagi???

Singapore, 4 December 2008
-fon-
* rainy day again…

My Dreams Part 6

Previously on My Dreams:
Si Eneng merasa terpukul dengan kepergian Mamah. Ketika dia berbelanja ke pasar, mamah terjatuh di kamar mandi. Banyak penyesalan karena dia belum berhasil membahagiakan mamah. Sekarang, tinggal dia dan papah di rumah. Relasi dengan papah tidak baik karena papah sinis dan selalu menganggap diri benar. Namun, dengan kejadian mamah meninggal, akankah ada perubahan? Simak kelanjutan ceritanya…


Perdamaian

Mamah memelukku. Aku menangis dalam pelukannya. Tetapi wajah mamah tidak kesakitan, sebaliknya wajahnya amat tenang. Dengan senyum di bibirnya, dia berkata, “ Mamah bahagia di sini. Kamu jangan sedih lagi. Berbaikan dengan papahmu, ya Neng! Kasihan dia sendirian…”
Aku mengangguk. Entah ada kekuatan dari mana yang menyebabkan aku menganggukkan kepalaku saat itu. Mungkin karena pada dasarnya aku tidak pernah mau mengecewakan mamah.
Dan aku terbangun. Tertegun. Kali ini, mimpi itu sungguh sepertinya nyata.
Aku tidak hendak membantah permintaan mamah. Karena terakhir aku juga melihat, betapa papah stress berat dalam kesendiriannya. Tidak ada lagi orang yang bisa dia marahi dan membalas dengan senyuman. Tidak ada lagi mamah yang menyediakan segala masakan yang sederhana, namun sedap dan selalu menggugah selera. Tidak ada lagi orang yang membuatkannya kopi di saat dia bangun pagi. Kebiasaan tinggal bersama selama beberapa puluh tahun sebagai suami istri, membuat seseorang amat sulit menerima rasa kehilangan itu. Dan aku melihat sendiri, papah tidak bisa tenang dan tegar seperti dulu. Dia jadi banyak melamun. Padahal dulu, dia yang melarangku melamun, sekarang dia yang membiarkan dirinya hanyut dalam pikirannya sendiri.

Aku tidak mampu menyelami apa yang ada di pikiran papah. Mungkin papah menyesali sikapnya selama ini. Mungkin papah merasakan kesakitan luar biasa harus ditinggal mamah dalam waktu sebegitu singkat di depan matanya sendiri tanpa bisa melakukan apa-apa. Mungkin, dan hanya mungkin yang ada di kepalaku, karena aku sendiri tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi dalam hati papah.
Dia juga berubah lebih baik terhadap aku dan tidak segarang dulu. Namun, kami masih belum mampu mencairkan kekakuan hubungan ayah-anak yang selama ini membelenggu. Kami masih saling terpaku dalam pikiran masing-masing. Masih terlalu awal memang. Mamah baru pergi 10 hari yang lalu. Dan waktu berjalan pelan. Rasa kehilangan sangat mendominasi. Apalagi melihat kamarnya saat aku menyapu tadi. Aku pelan-pelan membuka lemari pakaiannya dan melihat betapa rapi dia menata isi lemari itu. Satu hal yang patut dipuji, mamah memang rajin!

Aku merasa, apa yang mamah katakan merupakan pesan yang harus dilaksanakan. Aku tak pernah berniat membangkang kalau terhadap mamah yang baik dan lembut hati itu. Aku selalu ingin menyenangkan dia. Karena aku tahu, dia berkorban untuk aku juga. Dan aku ingin sekali membalas segala kebaikannya.
Mungkin inilah jalan yang terbaik bagi kami. Kami, aku dan papah, harus berbaikan di saat mamah tiada. Kepergian mamah jugalah yang akhirnya mempersatukan kami…
Ahhhh, itu teori! Aku tidak mau! Aku tidak mau berbaikan sama papah.. Untuk apa? Untuk dihina lagi? Untuk diintimidasi lagi? Untuk diatur lagi???
Peperangan terbesar sebetulnya bukan peperangan dengan orang lain. Namun, peperangan terbesar yang kuhadapi selalu dengan diriku sendiri. Aku butuh kedamaian. Dan kalau dalam diriku sendiri belum ada, bagaimana aku bisa berdamai dengan papah?

Malam itu aku kembali berdoa, setelah sekian malam aku tak mampu berdoa, hanya menahan isakan air mata. Aku bilang pada Tuhan bahwa aku mau berdamai dengan papah. “ Ya, Tuhan… Aku mau!”
Kalau itu yang mamah mau, kalau itu yang Tuhan mau. Tapi sebelumnya, aku mohon kepada Tuhan agar aku bisa berdamai dengan diriku sendiri. Karena selama ini, di tengah semua sakit hatiku, aku telah melukai diriku sendiri. Dengan mendendam, dengan ingin membuktikan bahwa diriku baik di mata orang, dengan ingin dipuji…oh betapa aku haus akan pujian. Karena aku tidak mendapatkan kasih yang seharusnya. Jadi, sedikit pujian saja, sudah amat berarti bagiku.
Mamah, besok aku mencoba untuk berbaikan dengah papah.. Tuhan, bantu aku menata kembali serpihan hatiku dan merangkainya dengan rapi. Agar aku kuat, agar aku bisa berdamai dengan diriku. Baru kemudian berdamai dengan papah.

Malam itu aku melihat seluruh hidupku seperti film yang diputar dalam benakku. Aku melihat kesedihanku, lukaku…Dan setelah itu, Tuhan membawaku menuju ke papahku. Beban yang dia rasakan, stress karena tidak bisa memberikan keluarganya anak laki-laki. Ego, gengsi, dan terakhir dia sebetulnya sedih.. Dan aku bisa merasakan kesedihan dan kekecewaannya. It’s not your fault, pah…!
Tetapi sepertinya, papah juga harus berdamai dengan dirinya sendiri. Karena dia belum bisa mengampuni dirinya yang dirasa tak berguna karena hanya bisa memiliki satu anak perempuan saja.

Pagi yang cerah…
Aku bangun. Berusaha tersenyum ramah pada dunia. Di tengah kesedihanku karena ditinggal mamah, aku mencoba ceria. Kulihat bengkak di mataku. Ah, bagaimana aku bisa tersenyum ramah kalau bengkak dan merah begini kedua mataku?
Tetapi aku mencoba.
Aku membuatkan kopi dan roti lapis selai srikaya kesukaan papah. Kubawa ke kamarnya. Kulihat dia masih tidur. Keningnya berkerut. Dia tidur pun berpikir. Tidurnya tidak nyenyak.
Aku tahu, sebetulnya dia orang yang tidak mudah tidur selama ini. Ditambah kejadian mamah, dia semakin insomnia.
Papah sudah semakin tua. Kulihat rambutnya mulai memutih. Putih keperakan bercampur abu-abu dan hitam. Kombinasi alami yang bagus.
Dan saat aku mau beranjak pergi. Papah membuka matanya.
Kulihat dia terkejut melihatku. Tidak menyangka.
Aku mulai mengumpulkan keberanian yang ada untuk memulai percakapan. Sulit, namun aku mau berusaha.
“ Pah, maafkan aku. Kalau aku selama ini keras sama papah. Aku banyak kesal sama papah. Aku sedih lihat bagaimana papah memperlakukan mamah dan aku. Tapi akhirnya, aku sadar bahwa papah sendiri juga stress berat. Tapi pah, itu bukan salah papah. Tuhan sudah memberikan aku kepada papah. Aku mau menjaga papah, sebagaimana mamah melayani papah dengan baik semasa hidupnya. Mamah menjadi contohku. Dan mamah menginginkan perdamaian kita…”

Kulihat kembali kedua belah mata papah dialiri air mata. Hal yang mulai sering kulihat semenjak mamah tiada. Dia jadi sering menangis.
“Papah juga minta maaf, Neng… Papah juga banyak salah sama mamahmu dan kamu. Dan papah juga takut, kalau nanti ketika waktu papah tiba, papah masih belum berdamai dengan kamu-anak papah satu-satunya, papah tidak akan tenang…”

Hari itu, untuk pertama kalinya setelah sekian puluh tahun hidupku, kami berpelukan. Menangis bersama. Mengenang kebaikan mamah.
Selalu ada hikmah yang tersembunyi di tiap kejadian. Dan hari ini, setelah sepuluh hari mamah meninggal, misteri itu mulai terkuak.
Tuhan menginginkan perdamaian dari dua musuh besar, aku dan papah. Tuhan mengizinkan mamah meninggalkan kami hanya demi kebaikan kami. Berdamai dengan diri kami sendiri. Dan bagiku, berdamai dengan papah.

Aku keluar membawa baki berisi gelas kosong. Kopi yang kubuat untuk papah sudah diminum habis. Begitupun dengan roti, sudah habis dimakan.
Dan aku melangkah ringannnn sekali… Ada beban yang terangkat. Dan aku lega. Aku rasa papah juga demikian.Kulihat senyum di wajahnya.
Mamah, kami sudah berdamai. Thank God!

Singapore, 11 Desember 2008
-fon-
* ngantuk berat … saat hampir jam dua pagi…

My Dreams Part 7

Previously on My Dreams Part 6:
Sepeninggal Mamah, Eneng dan Papah berdamai. Satu hal yang indah yang tak pernah terbayangkan sebelumnya di tengah segala kebencian yang terbangun hari demi hari dalam diri Eneng terhadap papahnya.
Dan hal yang baik terjadi, di saat sepertinya Eneng berada dalam kubangan duka karena Mamah pergi mendadak. Yah, perdamaian itu indah dan melegakan. Then, what will happen next? Simak episode berikut ini…

What On Earth Am I Living For?

Pertanyaan itu berusaha kujawab dengan berpikir keras. Sampai mengernyitkan keningku. Untuk apa sih tujuannya manusia hidup di dunia ini? Untuk menyenangkan orang tua? Jelas bukan hanya itu… Untuk menyenangkan Mamah, hal itu sudah tidak mungkin, karena Mamah sudah tiada di dunia ini. Tidak mungkin berjalan-jalan ke luar negeri dengannya.
Mungkin untuk berdamai dengan Papah? Mmmm, mungkin juga… Tetapi, apa cuma sampai di situ saja tujuan hidupku?
Untuk melakukan apa yang aku mau? Sampai hari ini sejujurnya, aku tidak tahu apa yang mau betul-betul difokuskan. Selama ini aku tidak pernah berpikir sebetulnya, “ Aku mau apa di dunia ini? Ngapain aku hidup di sini? Cuma numpang lewat saja?”

Setelah berdamai dengan Papah, aku memang merasakan satu beban terangkat. Namun, setelah itu, what’s next? Aku tahu aku harus melangkah dan berjalan. Tetapi, bagaimana yaaa?? God help me.

Bergegas aku mengambil bolpen dan buku kosong tempat aku terkadang mencorat-coret dengan rangkaian kata berisi tumpahan perasaanku. Berpikir keras sekali lagi. Apa yang selama ini kusukai? Apa yang benar-benar kuinginkan dalam hidup ini?
Jaga warung seumur hidup? Oh No! Jelas tidak! Awalnya, aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai anak yang berusaha berbakti terhadap Mamah. Membantunya. Kasihan dia sering kelelahan.
Sebetulnya, aku selalu suka menyanyi. Dia diam-diam sering menyanyi di kamar tidur dan tempat kesukaanku sebetulnya adalah kamar mandi. Di kamar mandi, aku bisa agak aman menjerit dan melantunkan tembang kesukaanku diiringi kucuran air kran sebagai musiknya dan ayunan gayung di tanganku menambah semarak suasana.
Now, I know! Aku ingin jadi penyanyi.
Ok, kalau begitu penyanyi jenis apa? Rock, metal, R&B, pop, opera, dangdut, rohani, atau apa?
Aku berusaha lebih spesifik. Aku mau menjadi penyanyi rohani! Karena suara ini datangnya dari Tuhan, kalau tidak kupersembahkan untuk kemuliaan Tuhan, rasanya akan ada sesuatu yang kurang.
Tiba-tiba, aku begitu bersemangat! Setelah tahu apa yang kuinginkan, yah…aku ingin menjadi penyanyi rohani yang memuliakan Tuhan dengan suaraku.
Masalahnya, apa suara si Eneng ini cukup bagus? Cukup layak untuk menjadi penyanyi rohani yang handal?
Karena seperti yang sering terlihat di layar kaca, begitu banyak orang dalam audisi Indonesian Idol ataupun AFI, ataupun acara-acara senada, memiliki kepercayaan diri yang amat besar akan kemampuan menyanyinya namun tidak sesuai dengan kenyataannya.
Setelah dibuktikan dengan audisi di depan para juri, hasilnya celaan dan cercaan, bahkan menjadi bahan tertawaan.
Ah, tidaklah… Aku tidak mau seperti itu. Memalukan… !
Kalau memang aku tidak sesuai menjadi penyanyi, jangan izinkan aku, ya Tuhan. Namun, apabila memang itu kehendakMu, aku mau sungguh-sungguh jadi penyanyi yang baik, kalau bisa terkenal tetapi tetap rendah hati. Sempurna! Apa bisa ya? 
Aku tersenyum simpul. Bahagia. Sesederhana itu saja. Menggali apa yang ada dalam diriku dan betul-betul memakainya demi kemuliaan Tuhan.
Mungkin cara yang paling mudah adalah dengan koor gereja dan singer di PD. Itu langkah pertama yang akan kujalankan. Sisanya, terserah Tuhan.
Satu sisi, aku juga menyadari bahwa suaraku tidaklah sumbang. Aku mengerti nada dan bisa menyanyi. Dan suaraku memiliki jangkauan yang luas. Tidak seluas Mariah Carey, namun… suaraku sopran.
Dan itu yang menjadi impianku sekarang ini. Mulai besok, aku mau bertanya kepada si Desi yang sering mengajakku ikut koor gereja, mereka latihan hari apa saja, dan aku mau bergabung.
Sepertinya jadwal latihan mereka malam hari, jadi tidak mengapa karena aku tidak pernah jaga warung sampai terlalu malam. Dan semenjak Mamah tiada, papah juga tidak memaksakan diri membuka warung sampai terlalu larut. Dia juga perlu istirahat.
Satu lagi, nanti ketika Persekutuan Doa, aku mau bertanya juga kepada singer yang bertugas, kalau mau latihan bagaimana caranya. Aku belum terlalu hafal lagu-lagu yang dinyanyikan di PD karena datangnya juga sesekali dan terkadang tidak sampai selesai, aku harus buru-buru pulang, kasihan Mamah kalau menungguku sampai larut malam.
Sambil nanti aku lihat, arahnya terbuka ke mana. Singer di PD, koor di gereja, atau mungkin band rohani? Aku belum tahu. Yang pasti, aku sudah tahu mau jadi apa. Dan untuk memuliakan Tuhan, aku mau lihat semua jalur yang memungkinkan untukku menjadi penyanyi rohani terkenal.
Tersenyum diriku membayangkan betapa sukacitanya hari-hari menyanyi dan menyanyi demi kemuliaan Tuhan.
Indah! Jika berada pada jalur yang benar yang sesuai dengan apa yang kuinginkan plus apa yang Tuhan rencanakan, perpaduan yang sempurna itu menjadikanku amat bangga mengenal diriNya. Semoga aku tidak mengecewakan Tuhan dan tidak mengecewakan diriku sendiri.

Bergegas aku mandi dan tidak lupa, menyanyi!!!
Tiada yang mustahil dan tiada yang sukar…
Bila Roh Allah turut bekerja…
Tiada yang mustahil bagi orang percaya
Karna Roh Allah turut bekerja di antara kita.

Setelah rapi, kujumpai Papah di ruang tamu, dia tengah bersiap-siap membuka warung. Dan aku? Ke pasar, berbelanja dan nanti memasak untuk aku dan Papah. Dengan sukacita. Karena aku tahu, aku hidup dengan tujuan. Tujuan yang ingin memuliakan Tuhan dan juga orang tuaku. Mah, aku tahu Mamah ada di kejauhan tetapi dekat di hati… Doakan Eneng, ya mah!

Bersambung…

Singapore, 17 December 2008
-fon-
*With God… Nothing is impossible. Impossible is nothing.


My Dreams Part 8

Previously on My Dreams part 7:
Akhirnya si Eneng menemukan apa yang betul-betul diinginkannya. Dia ingin menjadi seorang penyanyi. Dan lebih spesifik lagi, dia ingin menjadi penyanyi rohani. Agar dia bisa mempersembahkan apa yang dia miliki bagi kemuliaan nama Tuhan.
Dan, apa yang bakal terjadi selanjutnya? Silakan simak di episode My Dreams berikut ini…

AUDISI

Hari yang kelabu. Penuh mendung. Dan hujan rintik-rintik mulai membasahi jendela kamarku sedari pagi. Aku termenung sebentar, melihat ke arah langit. Sepertinya bakal hujan seharian. Biasanya hujan gerimis begini bisa jadi hujan yang panjang. Tetapi malam itu, aku akan ke gereja. Aku akan misa harian. Jadi, biar pun hujan terus menerus, aku tetap akan pergi sesudah tutup warung. Aku membuat komitmen bagi diriku sendiri untuk misa harian seminggu sekali dan ke Persekutuan Doa juga seminggu sekali.
Dan hari ini giliran misa harian.

Hari berjalan lambat. Dan terbukti, ramalan cuaca versi Eneng memang benar. Hujan dari jam 6 pagi masih berlanjut sampai jam 5 sore. Dan di saat itulah aku bersiap-siap menutup warung, minta izin Papah untuk ke gereja, dan bergegas ikut misa jam 6 sore.
Aku sampai 15 menit lebih awal. Aku berdoa di depan Bunda Maria. Salam hai Bunda! Apa kabar sore ini? Titip salam untuk Mamah, ya…
Aku tersenyum dan menyalakan lilin di depan Bunda. Dan kuikuti misa dengan khusyuk dan sepenuh hati.

Setelah selesai, aku menghampiri papan pengumuman gereja. Di sana, kudapati satu lembar pengumuman yang baru saja ditempel kemarin. AUDISI. Kukerjapkan mataku sekali lagi. Iya, audisi! Aku tidak salah baca!
Dan kali ini mereka menuliskan, Band Mata Hati mencari vokalis bagi band rohani mereka. Ketentuannya, bisa menyanyi dan suka menyanyi, dan bersedia menyanyi bagi kemuliaan Tuhan.
Band Mata Hati sendiri tertulis di sana adalah band yang baru terbentuk. Mereka sudah mendapatkan semua anggota lainnya, kecuali vokalis, dan mereka mencari bibit penyanyi di paroki-paroki.
Audisi akan dilakukan hari Minggu, 2 minggu mendatang. Aha! Aku akan berlatih dan yang pasti, aku akan mendaftarkan diri.

2 Minggu Kemudian…
Tidak ada persiapan yang terlalu berlebihan yang kulakukan. Aku hanya menghafalkan beberapa lagu yang kusukai. Dan yang menjadi juri dari Audisi kali ini adalah seluruh anggota band Mata Hati yang terdiri dari 4 orang. Ada 3 pria dan 1 wanita di band itu, dan mereka mencari vokalis yang sesuai.
Kulihat daftar peserta cukup banyak yang tercantum di gereja sore itu. Dan audisi dilakukan di aula. Aku sendiri mendapatkan nomor peserta 24 dari seluruh peserta audisi yang mencakup 250 orang. Dan karena banyak, tiap orang hanya diizinkan bernyanyi maksimal 3 menit saja di depan para juri.
Keputusan adalah final, tidak dapat diganggu gugat, dan akan diberitahukan minggu depan di gereja, sekaligus penampilan perdana band Mata Hati di panggung yang akan ditata di depan gereja bertepatan dengan acara tahun baru.

Satu per satu orang tampil. Ketika sudah mendekati nomorku, aku semakin gugup. Agak demam panggung. Maklum, aku tidak punya pengalaman manggung sebelumnya. Namun, aku berdoa kepada Tuhan, semoga ada jalan.
Dan ketika itu, aku juga blank, tidak tahu lagu apa yang harus kunyanyikan di waktu sesempit itu. 3 menit.
Dan ketika aku dipanggil, hatiku berbisik, nyanyikan saja satu lagu yang baru kudengar di PD minggu lalu dan mudah diingat. Berbahasa Inggris. Dan karena aku menyukainya, aku terus menyanyikannya di kamar mandi, di rumah, bahkan diam-diam di warung…
Tanpa sadar, itu sudah menjadi semacam latihan bagiku.


I love you, Lord
And I lift my voice
To worship You
Oh, my soul rejoice!
Take joy my King
In what You hear
Let it be a sweet, sweet sound in Your ear

Lagu berjudul I Love You, Lord itu betul-betul menggema dalam hatiku, ketika namaku dipanggil. Dan di saat aku harus menyanyikannya di depan para juri, aku menyanyikannya dengan sepenuh hatiku, memang itu wujud kecintaanku padaNya. Bahwa Dia adalah pusat cintaku dan akan kuangkat suaraku bagi Dia. Dan smoga suaraku ini menjadi sesuatu yang manis Kau dengar ya, Tuhan! Itu sungguh-sungguh pintaku.

Kulihat senyuman di wajah para anggota Band Mata Hati yang menjadi juri. Entah karena keseriusanku dalam membawakan lagu itu atau karena hal lainnya. Namun, melihat senyuman mereka, hatiku lega. Setidaknya, semoga…harap dalam hatiku, ini tidak jelek…:)

Kulangkahkan kakiku ringan. Aku mau pulang, menjaga warung kembali. Dan minggu depan, aku akan datang…menunggu hasil audisi. Apa pun hasilnya, aku akan mempersiapkan hatiku, karena rasanya aku sudah memberikan yang terbaik.

Bersambung…

Singapore, 30 December 2008
-fon-
* again late @ nite while my baby’s sleeping…

My Dreams Part 9

Previously on My Dreams:
Eneng mengikuti audisi Band Mata Hati yang sedang mencari vokalis. Eneng menyanyikan lagu berbahasa Inggris, karena pada saat terakhir hatinya mengajaknya menyanyikan lagu I Love You Lord. Dan Eneng menunggu hasilnya. Dia merasa sudah memberikan yang terbaik dan menunggu pengumuman dari anggota Band merangkap dewan juri.
So, bagaimana hasilnya? Simak episode berikut ini…

When You Believe

Many nights we've prayed
With no proof anyone could hear
In our hearts a hope for a song
We barely understood

Now we are not afraid
Although we know there's much to fear
We were moving mountains long
Before we knew we could

There can be miracles, when you believe
Though hope is frail, it's hard to kill
Who knows what miracles you can achieve
When you believe, somehow you will
You will when you believe
(Mariah Carey and Whitney Houston in When You Believe)


Duet yang sempurna dari kedua penyanyi kaliber dunia itu bergema lembut di telingaku. Ketika malam itu menjelang tidur, kunyalakan saluran radio kesukaanku yang memutar musik-musik dari tahun 1980an dan 1990an. Di luar kebiasaan anak-anak zaman sekarang, memang seleraku agak sedikit lebih tua dibandingkan umurku. Karena aku percaya juga bahwa lagu-lagu lama memiliki keabadian yang indah. Dan kata-katanya yang memotivasi yang membuatku berani bermimpi untuk menjadi vokalis Band Mata Hati dan percaya bila memang akan ada keajaiban ketika kita mulai percaya. Miracle is waiting! And all I want to do is just believe!

Motivasi ini kuperlukan karena besok adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh peserta audisi. Dan tidak kira-kira karena Band Mata Hati juga akan langsung melakukan rekaman yang disponsori oleh seorang yang tak mau memberikan namanya namun sangat menjunjung tinggi musik sekaligus Tuhan sendiri. Dan dia memberikan sumbangan secara sembunyi-sembunyi melalui pihak gereja. Pihak Band Mata Hati sendiri tidak mengetahuinya. Namun, sejujurnya ini tidaklah sepenting kebaikan hatinya. Smoga Tuhan membalas kebaikan dan ketulusan yang ada dalam hati sponsor ini.

Sabtu 3 Januari 2009, Panggung Gereja pukul 17.30
Bertepatan dengan tahun baru, di sinilah gereja mengadakan acara. Sekaligus launching juga Band Mata Hati minus vokalis yang baru hari itu akan diumumkan. Aku tidak tahu pasti perasaan apa yang timbul di hati. Tidak jelas. Berbaur antara senang, semangat, excited, sekaligus ada sedikit….ya, sedikit saja kekuatiran. When you’re so close to your dream, sometimes you’ll feel the shaking inside of you. Ada gejolak yang kuat untuk menggapai dan mencapainya, sekaligus ada rasa hati-hati juga bila itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tentunya, tidak bisa dipaksakan. Aku juga berusaha mempersiapkan diriku untuk menerima seandainya aku tidak terpilih. Hoping for the best tetap donk… Namun juga tidak takabur atau terlalu percaya diri. Biarlah kalau memang Tuhan izinkan, Tuhan mampukan. Sekaligus aku yakin bahwa I can do all things through Christ who strengthens me. Amen!

Pengumuman diumumkan oleh ketua panitia, Pak Johan, didampingi seluruh personel band di panggung. Pak Johan memegang kertas bak pengumuman piala Oscar di televisi dan langsung mengambil microphone., “Dan pemenang audisi untuk vokalis Band Mata Hati adalah…”

Kupejamkan mataku, kutenangkan hatiku, dan berdoa. Entahlah. Aku betul-betul menginginkan hal ini, sekaligus juga begitu takut (tiba-tiba saja rasa takut itu menyerangku), apa yang terjadi bila impianku tidak jadi nyata? Well, Eneng, life goes on… Masih akan ada kesempatan lain.
Pikiranku masih berkecamuk. Dan kutenangkan sejenak diriku sambil menarik nafas panjang.
Apa pun keputusanMu, Tuhan, aku terima.

Seluruh personel band dan Pak Johan serentak berseru, “ Seorang wanita…”
“ Baiklah, “ ujarku dalam hati. Masih ada kesempatan…
Dan dia adalah, “ Delina!”

Kuangkat wajahku dan kutatap panggung tempat mereka berdiri. Tak terasa air mata mengaliri wajahku, sambil pelan-pelan aku berjalan ke arah panggung. Hatiku terus meneriakkan terima kasih kepada Tuhan. It’s a miracle! Unbelievable! But at the same time, it’s so sweet… You, Lord, are amazing!

Aku hampir tak mampu menyanyikan lagu I Love You Lord sebaik audisi. Karena mataku tertutup air mata yang terus mengaliri kedua belah pipiku tanpa henti dan suaraku masih bergetar. Terima kasih Tuhan, ini buat mamah. Juga buat papah. Dan tentunya untuk Tuhan juga!

Hari-hari ke depan menanti. Di mana akan ada hari-hari penuh kegiatan rekaman, promosi, dan manggung untuk Band Mata Hati.
Aku juga memikirkan kemungkinan penggantiku di warung papah. Karena kasihan juga papah. Dan kami akan mendapat uang saku setiap bulan, masih dari sponsor juga. Dan dari penjualan album, akan ada persentase yang diberikan kepada kami. Puji Tuhan. Jadi, aku tidak membebani papah lagi.

Apa yang terjadi semuanya seperti mimpi. Tapi mimpi ini adalah mimpi yang paling nyata yang terjadi dalam hidupku. Kucubit tanganku, tidak…aku tidak mimpi, ini nyata! Yang terjadi hanyalah mimpi yang jadi nyata! Begitu indah, begitu bahagia, sekaligus bersyukur. Aku tahu di depan sana, akan ada banyak perubahan-adaptasi-dan mungkin problem yang tidak sedikit. Namun, ketika diriku percaya, when I really believe, bahwa Tuhan sudah sediakan bagiku, itu akan jadi nyata.

The End of this part. Will continue with the next part.

Singapore, 13 January 2009
-fon-
* begadang lagiiii…begadang lagiii…untuk menyelesaikan tulisan ini:)

Monday, September 17, 2007

DARA

Dara is my 1st cerber yang kemudian dibukukan, khusus untuk souvenir perkawinan g... Ini bukan cerita nyata antara g n suami g, tp ini apa yang g tangkap sebagai seorang single, lewat cerita2 temen2 juga dan pengalaman pribadi seorang single yang baru berlabuh di awal Januari 2006.
-fon-

Dara

Dara baru saja selesai mendengarkan CD favoritnya, Valentine-Martina Mc Bride...
And even if the sun refused to shine
Even if romance ran out of rhyme
You would still have my heart
until the end of time
cause all I need is you, my love my Valentine...

Di sini, di kamar tidurnya, Dara menerawang jauh. Matanya memandangi langit-langit kamarnya. Masih terlintas dengan jelas, last week adalah saat di mana sahabat terbaiknya, Diva melangsungkan pernikahan. Lagu Valentine, juga mengiringi ending dari sakramen itu saat kedua sejoli yang berbahagia saat itu berfoto-foto bersama kerabat dan teman, termasuk Dara tentunya...

Hmmm...Wedding?? Siapa yang tidak ingin?? Di usianya yang menginjak 35 tahun, Dara sudah memimpikan banyak kali dalam tidurnya, suatu wedding untuk dirinya yang akan dilangsungkan di gereja kecil namun sangat khusyuk... And they live happily ever after?? Terlalu terpengaruh Hollywood dream kayaknya...

Tahun demi tahun berlalu cepat, tanpa terasa umur telah mencapai 35. Bukannya tidak punya someone to spend the rest of her life with...tapi selalu saja kisah cintanya kandas di tengah jalan. Sehingga sampai sekarang, walaupun Dara sudah punya rumah hasil cicilan di bilangan Cibubur, dan mobil karimun yang juga hasil cicilan, masih ada suatu rongga kekosongan yang tinggal dalam dirinya.
In terms of career, tidak jelek...Emang sih nggak sampe canggih banget, dia bukan CEO di kantornya. Tp not bad lahh...
In terms of friendship dan relationship yang katanya merupakan dasar dari hubungan yang lebih serius utk ke jenjang berkeluarga, juga ok. Dara cukup populer krn Dara aktif di gereja terutama di kegiatan lingkungan dan koor di gereja, sekali-kali dia jd lektris juga.

Ada malam-malam di mana Dara bertanya: " Tuhan, apa ada yang salah dalam diriku??" Pertanyaan ini kadang timbul dari rasa kesepian, atau pas bertemu saudara ketika pulang kampung, yang tidak bisa tidak: keep questioning WHY, krn in terms of tampang, ya...nggak jelek2 amat, lumayanlah... Mungkin nggak secantik Catherine Zeta Jones or Sophia Latjuba,tapi not bad koq pokoke!
Dan di budaya Indonesia ini yang mengharuskan orang harus kawin, no matter what, sepertinya Dara merasa diri bagai someone yang so weird pada suatu saat tertentu...
Padahal...waktu Dara retret panggilan, sudah jelas-jelas Romo menyebutkan kalau dalam Katolik, dikenal 3 panggilan: membiara, selibater awam, dan menikah. Namun krn mayoritas orang menikah, ya...being single at the age of 35 is not an easy thing...

Di jakarta, kesendirian kurang begitu terasa, atau lbh tepatnya dengan gampang bisa teratasi krn banyak lahan utk menyalurkannya. Namun, itu pun bukan jaminan, saat kesepian betul2 menyerang, n she needs someone to talk to and someone to trust to, dia betul2 pusinggg... Dengan iman yang teguh, ia memiliki Kristus, there's no DOUBT about it. Namun, saat2 tertentu, saat kelelahan dan kesedihan melanda, rasa sepi juga pernah menghampiri dia.

Saudara dan pihak keluarga melihat Dara sebagai sosok yang cukup sukses, cukup 'gaul', tapi tidak cukup baik dalam memilih calon suami. Sering dia dikenal-kenalkan dengan pria. Mulai dari yang seumur, sampai yang lebih muda sedikit: sampai ada omongan: umur nggak masalah, yang penting kasih sayang??
Sempat Dara marah, krn terkadang saudara dan pihak keluarga yang bermaksud baik itu, terkadang terlalu ikut cammmpuurrr, sampe nggak tahan. Berasa seperti suatu komoditi yang diperjual belikan: coba kamu simak kata tantenya sebelum dia dikenalkan dengan Jerome, pemuda lulusan US itu, " Dara...jangan lupa pake lipstick dan pake baju yang bagus yaa... "

Nada bicara tante sih enteng2 aja, tapi ya koq Dara merasa sedih dan sakit hati sedikit, krn emangnya GUE nggak tahu gimana harusnya GUE kalo ketemu orang?? I'm old enough to understand that kinda thing, TANTE!! Pernah saking keselnya, Dara pikir: " Apa bedanya gue ama perempuan2 NAKAL yang kalo ketemu mangsanya harus pake lipstick dan baju bagusss??"
Dara tau, emang pikirannya kadang terlalu ekstrim. Tapi, she can't help it juga... Keterlaluan tuh tante!! Padahal tuh tante juga cerai dari suaminya yang tukang judi... Dia juga nggak happily married, malah nyuruh2 orang utk married. Kalo keluarganya harmonis n dia nyuruh setengah maksa gitu, Dara sih masih bisa terima. Tapi dengan kondisi tuh tante??Pleasee deh!!!
Untung, Dara udah kenal Yesus, jadi nggak mau dendam: " Ampunilah dia, krn dia tidak tau apa yang dia katakan, Tuhan..."

Kalo dibilang nggak usaha, krn kan katanya juga nggak bisa menunggu jodoh seperti bintang jatuh dari langit, nggak juga tuhh??Kalau ada yang Dara suka n dia sreg, dia akan coba koq kontak2 tuh cowok...Cuma, emang harus diakui: di usia 35, kriteria tambah tinggi (tanpa disadari), dan untuk memilih secara sembarangan, Dara tidak mau: udah men-jomblo sekian lama, ngapainn pilih sembarangan?? Kalo mau cuma sekedar married, udah bisa dari dulu2... Tapi ini kan juga mementingkan rasa cinta yang timbul dalam hati dan nggak bisa ke semua orang tuhh...Tapi buat tante2 n Oom2 Dara, hal ini gak berlaku. Mereka percaya pada: witing tresno jalaran soko kulino...Awalnya gak suka, lama2 bisa suka krn sering bersama. Dara nggak tau, tapi juga nggak peduli, krn tetap pengen di awal ada sedikit percikan or chemistry lah...walaupun akhirnya padam... Kalo nggak suka n dijalanin tiap hari buat Dara bukannya seneng, malah ENEG...
Terus, omong2 nih...bukannya itu hidupnya DARA ya, koq tuh oom n tante pada 'rese' sihh??
Bukannya nggak seneng dibantu, tapi kalo berasa kayak komoditi yang diperjual belikan, well...kesel juga sihhh!! Emangnya kita cewek apaan?? Lho koq jadi penuh emosi gini sihh?? Abis kadang keselll juga bo!!

Untungnya punya temen2 sharing yang saling menguatkan. Ada beberapa single female yang merupakan strong-independent woman, yang jadi tempat curhat dan dicurhati... Not to mention, Dara punya temen2 cowok yang juga still single yang setia jadi teman keluh kesahnya. Actually, she's quite lucky...Jadinya, gak seperti katak dalam tempurung. Ada peluang utk saling berbagi pengalaman, yang menjadikan Dara nggak picik... Dia bisa menerima pendapat orang lain juga dan merenungkannya.

Akhirnya, setelah obrolan bareng cowok2 teman baiknya... Dara mengambil kesimpulan, mungkin seharusnya dia memberikan kesempatan kepada cowok yang mendekat kepadanya, meskipun dia tidak suka. Memberikan kesempatan utk komunikasi lebih dalam, sampe berasa betul2 nggak bisa nyambung, ya sutralah...Masa' mo dipaksa??? :)

Tapi sampe sekarang, nggak ada perubahan apa pun.Walaupun udah berubah dalam komunikasi terhadap cowok2, juga berubah dalam penampilan, lbh rapi cuma gak mau selalu pake lipstick kayak omongan si Tante (*masih emosi nih ceritanya si Dara...*), dan Dara udah mulai ikutan olahraga: YOGA dan Aikido di dekat rumahnya biar balance hidupnya, kegiatan di gereja tambah aktif: koornya sering mengisi wedding di gerejanya.
I mean: ada perubahan dalam cara pandang Dara, namun: tetep aja sang Arjuna tak kunjung tiba.

Ada hari-hari di mana Dara merasa kuat, nggak peduli, nggak pusingg...It's my life n I'm having fun with it, asal masih dalam jalur Tuhan, krn Dara tidak mau berbuat nakal..Ihhh, ngeriiii kan!!??!!
Ada juga Arjuna expired yang dateng ( suami2 orang yang mencoba2 utk gangguin Dara, coba2 aja-siapa tau bisa, tokh buat mereka NOTHING to LOOSE??). Dara, walaupun mungkin suka, say NO deh ke suami2 orang... Kalo posisi Dara sebagai istri orang nanti, dan ternyata suaminya punya WIL, gak mauu ahhh?? Dara takut karma...
Akhirnya: masih the same old DARA, cuma lebih hepi krn lbh balance dalam hidupnya krn Tuhan n olahraga juga, gak lupa: pikiran yang lbh positif dan mau memberikan kesempatan utk cowok singles or duda cerai mati yang datang kepadanya(realistic donk...abis dah umur 35 tuhh)...
Akhirnya lagi, life goes on, DARA!! Belum dapet calon suami, meskipun pedih denger kata orang, sedih digangguin suami orang, tokh NO HARM!! Yang penting tetap balance dalam hidup, tetap bersuka dalam setiap hari yang diberikanNya...
Kadang, bukan bermaksud menghibur diri: enak juga being single: banyak waktu utk sesama, diri sendiri dan orang lain. Sementara kalo dah married, pasti fokusnya ke keluarga dulu donkkk...Itu kan wajib hukumnya...:)

Melangkah pasti bersama Tuhan, even di dalam ketidakpastian. Dara wish she could now the future, but the fact is: she can't!!
Biarlah misteri itu tetap milik TUHAN, Dara nggak mau ah mengotak-ngatik lewat cenayang or paranormal...Dara tetap percaya, Tuhan pasti mengerti kerinduan hatinya, dan Dara terus berkomunikasi dengannya, menyampaikan kerinduan hatinya yang terdalam, namun gak akan memaksa Bapa di surga.

Doa Dara :
Kalo boleh Tuhan, Engkau memberikan aku kemampuan menjadi jodoh, dan dipertemukan dengan jodoh yang berasal dari padaMu. Kalo tidak, terjadilah padaku menurut kehendakMu, dan semoga aku Kau berikan kekuatan untuk menghadapi dan menjalani hari lepas hari dalam hidupku... Because I love you, LORD! Mengikuti rencanaMu adalah kerinduanku, walau sulit...aku mau berusaha. Tolong aku!

Secercah harapan baru timbul di hati Dara, sambil tetap positif menjalani hidup yang serba tak pasti, cuma bersandar kepada Tuhan saja! CD di kamar Dara kembali melantunkan Valentine-Martina McBride:
And even if the sun refused to shine
Even if romance ran out of rhyme
You would still have my heart
until the end of time
cause all I need is you, my love my Valentine...

Tetap berharap di dalam Tuhan dan bersyukur utk semua hal yang terjadi dalam hidupnya, Dara will stay that way... How about u??


Jkt, 4 Mei 2004
dedicated to all lajang out there!!
Life's worthy, jangan sia2kan!
-fon-


DARA : Long Distance Relationship

Dear friends,
Tanggapan yang sangat positif dari temen2 akan tulisanku tentang Dara, seorang single female alias cewek jomblo, membuat aku berpikir utk once in a while, menuliskan lanjutan2 serial dara dalam beberapa episode. Kita lihat saja nanti, ke mana mood menulis itu mengarahkan kedua tanganku utk mengetik hal2 apa saja yang aku lihat dari temen2 di sekitarku atau yang aku alami sendiri atau gabungan dari fantasi or imajinasiku. Plus tidak lupa: permenungan n refleksi yang diizinkan Tuhan utk melintas dalam pikiranku, melalui akal budi yang dititipkanNya padaku.
Satu tanggapan yang masih tersisa dari seorang temanku, Fio: thanks ya fi... Gue janji utk me-release tulisan elo di episode Dara selanjutnya: here it is!

Mungkin usiaku yang menginjak 26 tahun ini masih bisa dibilang muda... tapi di usia ini pun teman-temanku sudah banyak yang sedang mempersiapkan kelahiran bayinya.. atau sedang menikmati masa-masa indah awal pernikahan.. atau paling tidak sedang, mempersiapkan pernikahannya...

Sedangkan aku ???

Seperti Dara.... terkadang kupingku jengah juga kalo ditanya 'gimana, dah punya cowoq belum ?' 'Cepat-cepatlah kau cari cowoq !'

Kalo dibilang... 'kamu sih terlalu milih-milih..'
'kamu kan punya banyak kegiatan.. masak sih ga ada satuuu aja yang nyantol ???'
weleh... lha wong ini urusannya sekali untuk seumur hidup... masak daku tak boleh sih mempunyai kriteria - kriteria yang aku simpan di kepala dan hatiku...
Menemukan 'soul mate' kan bukan seperti beli sepatu.... pengennya sih yang dari kulit.. lemes ga kaku.... yang ga bikin lecet, yang tinggi tapi rata... ga bikin capek, dan aku bisa keliatan anggun.... Cari punya cari.. ehh sepatu model begitu ga ketemu... lalu karena harus beli sepatu.. lalu comot aja sepatu yang memang ada di rak toko sepatu itu.. yang penting harga cocok....weleh weleh... masih aku yang berpikir... enggak seperti itu kali.....!!

Jujur... ketika aku masuk suatu komunitas baru...
secara ga sadar mungkin aku 'mulai mencari'.... is there any chemistry around here ????
Ketika mulai dekat dengan seorang cowoq.... muncul pertanyaan 'Is He the ONE ?'

Yah.... sekarang mikirku gini aja deh.. daripada pusing .....
sembari menanti atau mungkin menemukan.... isi aja deh waktu dengan hal-hal yang berkualitas.... ya kan !!
Ada atau ga ada cowoq.. yang penting HIDUP harus selalu BENAR BENAR HIDUP !! Bahkan kalau boleh bisa menciptakan HIDUP YANG LEBIH HIDUP !!
No man no cry !! Walau kadang ngiri juga ngeliat yang lagi pacaran.... biarin !! selalu ada hal positif dari setiap kejadian !!
Pokoke Life must go on.... and yang penting bisa buat nyenengin BABE yang di atas... (ini bagian yang paling sulit !! )...
That was from Fio and let's start a new episode of Dara in Long Distance Relationship... Check this out!!

Dara: Long Distance Relationship

I will fly into your arms and be with you till the end of time
Why are you so far away, you know it's very hard for me
to get myself close to you...
( I will fly - ten 2 five: vocal by Imel)

Dara ikut bersenandung mendengar lagu yang sangat easy listening itu dari CD player di kamarnya. Hari ini hari Sabtu, seharusnya dia pergi sama teman-temannya: biasalah karaoke or ke mall, tapi hari ini karena kurang enak bodi, Dara stays at home aja. Sambil baca buku yang baru dia beli di bookstore: Don't sweat small stuff for women, dia berbaring santai di tempat tidurnya diiringin CD kegemarannya, lagu2 baru tentu saja.

Kata-kata pada lagu itu begitu meresap di kalbunya, dan dia tiba-tiba saja rasa rindu yang kuat hadir dalam hatinya. KANGEN... Only one word, but can describe the whole feeling that she feels right now. Sudah cukup lama Dara memendam rasa ini. Dara sukaaa banget ama this guy, don't know why: but it's just a feeling can't be described easily sihhh...

Dara inget, pertama kali ketemu this guy di suatu acara koor wedding saat Dara bertugas. Kan masih pada inget, Dara emang aktif di koor gerejanya?? That guy came menghampiri Dara saat dia selesai menyanyikan lagu : You are the love of my life dengan sangat prima (kata orang2 sih...). Cowok itu ternyata adik dari mempelai prianya. Dengan sangat simpatik, dia bilang: " Well, you sing very well... " dengan senyumnya yang pepsodent asli and lesung pipinya... Dara almost gak bisa bernapas, abis tuh cowok ganteng bangettt...( ganteng emang relatif sih, tapi di mata Dara tuh cowok emang OK punya..:))
Untungnya, Dara nggak bengong begitu lama dan bisa menguasai diri walau masih deg-degan sih...: " Thanks ya...", jawab Dara.
" Aku Edmund, adik Evan yang married itu...Kamu namanya siapa?"

" Aku Dara," Jawab Dara sedikit terbata... Chemistrynya berasa banget booo...mboten strong deh...:)
Edmund:" Boleh minta no HP kamu??"
Dara : Boleh aja sih...0818-xxxxxx
Edmund: Talk to u later ya...
Dara : Ok then...

Setelah ketemu di gereja, Edmund sempet pergi-pergi ama Dara beberapa kali. It was fun banget deh...Edmund pengetahuannya luas: mo musik yang gaul abis, sampe kerohanian yang juga jadi concernnya Dara, semua ok. Well, Dara sih thank God banget ketemu sama this kinda guy yang pretty rare. Dan umur Edmund ternyata beda tipis ama Dara, dia umur 34 tahun. Sementara Dara 35 tahun kan... Dara udah nggak pusing lagi deh soal umur, beda sampe 3 tahun lbh muda, Dara nggak mempermasalahkan. Wah, ini sih udah OKsss banget dehhh... Dara hepiii sekali utk masa2 3 minggu pergi2 bareng Edmund itu. But, tiada pesta yang tak pernah usai. Karena??? Karena Edmund itu kerja di Amrik, tepatnya di San Fransisco. Dipisahkan benua begini gimana ya?? Abis 3 minggu, Edmund balik ke US n Dara manyun aja, krn KANGEN itu tadi... Emails, sms, phone calls, mulanya jadi obat yang cukup mujarab... Tapi sekarang, jarak jugalah yang memisahkan mereka. Keakraban yang tercipta di awal, tambah lama tambah renggang, nyaris tak bersisa ditelan kesibukan masing2...

Sedihhh sih, tapi bisa apa lagi?? Malam2 aku sendiri, tanpa dirimu lagi (Nike Ardilla banget gak sihhh??). Sudah around 2 years, Dara terombang-ambing in such long distance relationship tanpa kejelasan. Karena emang mereka nggak pernah 'jadian', no such words as I like you or anything. Cuma Dara berasa, dia sangat comfortable dengan cowok ini. Never feel this way, even dgn ex-nya dulu, Dara nggak pernah merasakan hal seperti ini... Tapi, realitanya gak bisa nggak harus diterima meski pahit... Akhirnya, Dara malam hari ini juga memutuskan, would like to give up her feelings. Cukup sudah, 2 years is enough... Dara mo cari n fokus ke yang deket aja. Walau perasaan nggak bisa diatur mo jatuh ke siapa, tapi udahhh ahh, Dara capekkk...

Kalo Dara lihat temen2nya yang long distance relationship, ada yang bisa work out juga sih, tapi yg putus jauh lbh banyak. Mungkin krn gak ketemuan itu lbh sulit...
Dara sih sangat mengerti semua kondisi yang ada, tapi pas menjalani, Dara udah rada hopeless... Rasa suka yang kuat, dihantam sama kenyataan yg 'menyakitkan'...Well, reality bites, sometimes??
Dara juga sudah berdoa kepada Tuhan. Dara emang nggak pernah mau memaksa Tuhan, tapi Dara juga pengen ngasih tau Tuhan kalo dia itu sukkaaa banget sama Mr. E... itu...
Dara selalu berdoa sepanjang bulan Maria ini dalam Rosarionya, Tuhan: apa yang Kau mau aku lakukan dengan long distance ini?? Aku udah capek, aku suka sekali sama dia, tapi aku capek Tuhan...Kau mau aku gimana deh, aku ikut... Kalo suruh let go, walau sulit, tapi aku mau ikut rencanaMu, karena Kau yang lbh tau soal ini, soal hidupku. Tapi kalo emang dia, tolong bukakan jalan buat kami... Kalo bukan, ya...mohon kekuatan saja dalam menjalani hidupku selanjutnya.

Dara rasanya udah melakukan semua yang terbaik utk Edmund, selalu ada di situ dalam setiap kondisi dia, tersulit sekali pun... Terkadang, Dara menunggu sampai ngantuk-ngantuk hanya utk mendengar suara Edmund dari Amrik sana. Edmund cerita soal kerjaan, soal pelayanan dia di Amrik, dan soal cewek2 yang dia taksir jg. Dara selalu jadi a good listener, berharap someday, Edmund akan bilang: " thanks for being a good listener all these time, and I want you to be my good listener for the rest of my life, be my girl..."

Impian dan kenyataan, 2 hal yang beda. Kalo Dara di luar tampil biasa, gak ada yang tau kan kalo malam2 Dara sering banget nangis karena hal ini. Utk jadi agresif n ngomong dulu, seperti saran beberapa teman, Dara nggak bisa tuhhh...It's not her style banget deh rasanya. Kalo orang lain mo agresif, silakan aja...but Dara nggak bisa. Berharap Edmund berubah juga nggak mungkin sampe saat ini, kecuali Tuhan berkenan deh...
Gimana ya baiknya?? BIngung...
Akhirnya, malam ini Dara decide mau let go aja si Edmund itu... Let go bener2...so, nggak ada lagi malam2 di mana dia menangis sendiri, kangen sama Mr. E...
Dara mau let go and let God be her guide... kontak mungkin ada, tapi Dara dah nggak mau kontak dia dulu sementara Dara menata kembali hatinya yang hancur...Long distance mmmm... very tiring and uncertain. Utk yang sukses, Dara bilang sih hebat banget! Two thumbs up deh...
Tapi buat yang gagal, Dara juga mengerti, betapa nggak enaknya dipisahkan jarak begini...
Akhirnya, another episode of life begins... with or without Edmund, tokh Tuhan besertaku...Mulai besok, Dara bertekad utk lebih memperhatikan cowok-cowok di sekitarnya dulu ah... Kadang, kita terlalu berpikir yang jauhhhh saja, ternyata that very special someone ada di sekitar kita, who knows??
Mungkin mataku terlalu tertutup selama ini dengan Edmund melulu Tuhan, hatiku telah terkunci rapat-rapat... Sorry God! Ujar Dara... Mulai hari ini, aku mau membuka diriku... Siapa tau, TUhan memang sudah menyediakan that special one, cuma karena Dara masih blm mau move on saja, makanya gak ketemu-ketemu...
Leganya!! Dara cia you ( baca: bersemangatlah!!versi F4 banget nihh hehe)! Tetap semangat dalam hidup dan berlomba sampe garis akhir dan menyelesaikan pertandingan kehidupan dengan baik demi kemuliaan TUHAN...Karena semuanya ini hanyalah sepenggal kisah kehidupan dalam buku kehidupan Dara dan Tuhan tengah menuliskan cerita hidupnya...

Life goes on and on and on...
Jkt, 11 Mei 04
-fon-



Dara: Young Leaf I

Dara dalam perjalanan ke rumah temannya, Ita, di kawasan Jakarta Barat. Mereka balik ke rumah Ita, setelah walking-walking (read: jalan2) di Mall Taman Anggrek bareng temen-temen sesama anggota fitness centre yang sama. Mereka makan di Fish & Co di deket bioskop di lantai atas, setelah itu mereka ngopi-ngopi as usual di Starbucks di lantai dasar. Ngobrol sambil ngopi asik banget, apalagi emang temen2 fitnessnya kreatif banget dengan istilah2 Indonesia yang di Inggriskan, contohnya: Don't follow mix (jangan ikut campur), my fruit children ( anak buah saya) hehe...ngaco kan?? Tapi lucu juga sih, kalo dah ngomong begitu mereka bisa ketawa ngakak deh. Masa ada temennya Dara yang bilang tinggal di Beautiful little garden alias Taman Mini (Indonesia) Indah n pakenya kemeja kotak2 yang ditranslate asallll dengan to table square square (bener gak tuh ke meja kotak kotak) hehehe?? Udah capek, ya pulang deh ke rumah Ita. Hari itu Dara mo nginap di sana.

Sesampainya di depan pagar rumah Ita. Tiba-tiba dari balik pagar rumah sebelah muncul seorang cowok, pake kaos navy blue dan jeans hitam, mencegat mereka di pintu pagar sambil merentangkan tangan.
That guy : " Gak boleh lewat..!!"
Dara : " Koq galak banget sih??"
That guy : " Pokoknya nggak boleh aja, kecualii..."
Dara : " Kecuali apa??"
That guy : " Kecuali traktir aku makan bakso di sebrang sana..."
Dara n that guy yang ternyata bernama Freddy, tertawa bersama...:):)

Freddy... Ya, Freddy, ujar Dara dalam hati. Ini anak menarik banget senyum dan matanya, terutama alisnya yang tebal dan sorot matanya yang tajam. Freddy adalah tetangga Ita, yang sudah dari kecil deket sekali sama keluarga Ita. Dia bagaikan anggota keluarga tambahan di keluarga Ita. Dan Dara yang sudah kenal Ita sekian lama, sebagai sohib baiknya, juga akrab sama Freddy.

Freddy masih kuliah S2 di satu perguruan tinggi di Jakarta. As soon as dia selesai S1, Fred( panggilan akrab Freddy) sempet kerja kira-kira 2 tahun, lalu melanjutkan study Magister Manajemennya. So, si Freddy kira-kira umur 28 tahun. Dibandingkan dengan Dara, Mr. Fred ini 7 years younger lho... Ah, kalau saja... Kalau saja si Fred ini seumur or beda-beda tipis sama Dara umurnya, maybe things will be different...
Eh, koq ngelantur begini sihhh...buru2 Dara menepis angan-angan yang sempat singgah di benaknya... Be real donk, Dara...:)

Fred menggandeng tangan Dara masuk ke rumah Ita. Hmmm... Fred itu buat Dara, sort of daun muda, n kalo ditranslate seperti temen2 fitnessnya dengan Indonesian English yang acak adul itu, Fred adl. young leaf ( read: daun muda hehe).

Di usianya yang ke-35 ini, Dara tidak memungkiri, cowok2 yang dateng ke dia macem2. Mulai dari Hide San yang ternyata turn out to be suami orang boo alias somebody else's lover ( Kayak Incognito banget ya? I could never ever fall in love with somebody else's lover...:))
Atau ada seperti Mr. Fred yang tengah duduk di depannya sambil bercerita soal kuliahnya, paper n makalah yang dia kerjakan saat ini. Hmmm... Young Leaf? Dara tertawa geli dalam hati... Dara sempet berandai-andai... Andai gue lbh mudaan berapa taon gitu, or Fred lbh tuaan beberapa taon, mungkin things will be different...
Cuma, harapan tinggal harapan, kenyataannya?? Fred memang still single, n even though nggak begitu good looking but very attractive, n the thing is:he's so young mannn, daun muda hehe...

Di kamar Ita, Dara ngobrol sama Fred. Ita tengah mandi soalnya... Mereka tinggal berdua aja nih ceritanya. Fred yang dengan dewasanya tetep cerita soal kuliahnya n temen kuliahnya di S2, dan Dara jadi good listener...
Sampe suatu titik, conversation mereka berbalik menjadi lebih banyak Fred yang bertanya dan Dara yang menjawab.

Fred : " Koq Kak Dara blm punya cowok sih...??"
Dara : " Gimana ya... barusan aku kecewa sama kecengan terakhir yang ternyata suami orang lho, jadi sedihh.. "
Fred : " Kalo Kak Dara percaya sama aku, aku mau deh jadi that special someonenya Kak Dara, dan aku janji I won't let you down..."
(Mata Fred menatap tajam dan penuh kesungguhan ke Dara...)

Dara : " mmm... Tapi kamu itu lebih muda dari aku lho, Fred..."
(Dara bersorak ceria dalam hatinya, koq ternyata impian-impiannya yang tadi tak terucap bisa jadi nyata sih saat ini??Sebetulnya Dara cukup tertarik sama Fred, the main problem is: Fred is the young leaf guy...daun muda boo...Apa kata dunia??? Mungkin untuk mereka nggak jadi masalah, tapi... apa ortunya Fred nggak masalah? Jalan masih panjang pula utk dia, wong kuliah aja baru mulai koq di S2nya ini, sejumlah analisa ada dalam benaknya... Tapi bukankah terkadang analisa2 itu tidak perlu, as long as dia suka n Fred suka dia, bukannya itu bisa jalan?? Masih banyak pertanyaan seputar statement Fred barusan... but, mana yang Dara pilih??Masih bingung nih...)

Di tengah keadaan yang membingungkan itu, tiba-tiba terdengar bunyi pintu berderit dan Ita masuk kamarnya. Dara dan Fred kaget setengah mati, dan langsung ganti topik automatically membicarakan tugas kuliahnya Fred. Saved by the bell or saved by Ita?? Dara menghela nafas panjang. Legaaa booo...

Sampai malam, setelah Dara ngobrol banyak sama Ita (kecuali soal Fred-young leafnya itu donk: RAHASIA judulnya....) Dia blm bisa tidur juga, padahal di sampingnya Ita sudah terlelap...Capek kayaknya dia... Tiba-tiba, HP nya yang disetel pada vibrate mode berbunyi halus... Sms? Malam2 gini?? Siapa ya?
Ternyata Fred yang SMS dia... Begini nih isi sms Fred: Jadi, mulai hari ini, aku nggak mau panggil Kak Dara ah... Dan gimana Dara, dengan tawaran aku tadi. Serius lho! Aku tunggu jawabanmu ya...

Dara tambah pusing, tambah nggak karuan... Bingung, tapi pengen juga. What to do?? Can you help Dara...?? God, please help meee...Ujar Dara....
Berusaha memejamkan mata, namun masih nggak bisa tidur juga... GOD, aku musti gimana??

to be continued...

Jkt, 15 Juni 2004
GBU all...
-fon-


Dara : Young Leaf II

Keesokan harinya, Dara bangun dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Boleh dibilang, Dara tidak tidur sama sekali. Semalaman kerjaannya tidur-bangun-mikir-merem-melek tapi tetep aja kepikiran SMSnya si Fred. Sementara otaknya berpikir keras, masih belum menemukan jawabannya juga. Hari itu juga Dara pulang ke rumahnya di Cibubur.

Sempet mampir di Mc Donald's. Well, kalo kurang tidur yang bikin rada be te, Dara cenderung mengenyangkan perutnya. Kan kalo perut kenyang, hati kan senang ya??:) En walaupun saat ini hati lagi nggak tenang, yang penting perut kenyang dulu... Dia bawa pulang tuh Mc D, take away aja.

Di rumahnya, Dara mencoba menetralisir suasana dengan menyetel CD, kali ini karena suasana hati lagi kacau, dia pilih CD yang rada tenang.. Suara Josh Groban mengalun pelan tapi powerful dari stereo setnya. Sempet Dara bersenandung mengikuti alunan lagu You Raise Me Up dari Mas Groban.

Fred-Young Leaf, what should I do? God... Musti kah aku terima or tolak dia? Kalo terima, banyak konsekuensinya... Kalo menolak, ada rasa suka juga. Tapi bukankah kehidupan itu juga membutuhkan keputusan-keputusan yang diambil pada suatu saat tertentu?
Akhirnya, Dara memutuskan untuk mengikuti kata hatinya, tanpa terlalu banyak berpikir. Ya, she'd like to give it a try... Suatu keputusan berani sih, tapi...koq kayaknya melepas Fred juga rasanya Dara nggak rela. Memang mereka dekat sekali, Dara dulu sempat memikirkan kemungkinan ini dan kemudian menepisnya karena itu tadi: beda umur yang cukup signifikan.
Tapi, kalo Dara kilas balik, beberapa pasangan celebrities Indo or Amrik, juga banyak yang ceweknya lbh tua. Dian Nitami-Anjas, Aston Kutcher-Demi Moore, Gunawan-Paramitha di masa lalu, trus Onky Alexander-Paula (well, no comment deh ma yang satu ini:):)). Itu yang terkenal, yang nggak terkenal juga ada koq... dari pihak sodara2 dan kerabat Dara juga ada yg married dengan komposisi sang cowok lbh muda dari ceweknya. Tokh akur2 aja... Mungkin resikonya memang banyak, tapi apa yang married dengan komposisi biasa di mana ceweknya lbh muda nggak menghadapi resiko? Nggak juga kan...

Akhirnya, Dara ngirim sms ke Fred : Ok Fred, kamu boleh panggil aku Dara, dan aku merasa perlu kasih kita kesempatan utk mencoba relasi ini...I bobo dulu ya, ngantuk banget soale...:) Bye, honey!
Message sent, dan delivery report menunjukkan tuh message delivered.

Dara menarik nafas lega, well... she can smile now. Dia tidak tau ke depannya akan terjadi apa, tapi dia memutuskan untuk mencobanya saja. Tuhan, kalau ini memang kehendakMu, biarlah aku bisa menjalaninya dengan baik. Namun, bila ini bukan kehendakMu, biarlah Engkau memberikan kekuatan yang berasal dari Mu dalam menjalani hidupku...

Dari Josh Groban, Dara beralih ke CD Chrisye:
Engkau masih anak sekolah, satu SMA
Belum tepat waktu 'tuk begitu begini
Anak sekolah, datang kembali
Dua atau tiga tahun lagi
wow wow ya ya ya ya ya...

Setelah making her decision, Dara rada lega. Namun lirik lagu Chrisye mau nggak mau bikin Dara mikir. Fred emang bukan anak sekolah satu SMA (read: SMU), tapi dia masih anak kuliah S2 dengan status young leaf. Tapi, if Dara waits for another 2 or 3 tahun lagi?? Maybe this opportunity will fly away, n never come back...
Keberanian Dara utk say YES kali ini sebetulnya bukan tipe Dara. But, Dara mau coba ah!

Dara menarik selimut sampai menutupi kepalanya, sambil sedikit tersenyum, I'll take the risk this time...:):)
Tangan kanannya memencet remote CD playernya dan menggantinya dengan CD Rio Febrian yang baru yang ada di tray 2 di CD playernya.
Lagu track 10 membawa hatinya ke dalam suasana doa, sort of lagu rohani soalnya walau diletakkan dalam album sekulernya Rio, judulnya: Kasih

Kau pelita kakiku, penerang jalanku
Dan ku takkan jauh dariMU
Sbab diriMu slalu ada di dalam hatiku

Just one thought of God bikin dia lega. Tuhan selalu beserta dia, menjalani hari-harinya bersama Fred, ato Edmund, ato Hide San. Tokh Tuhan tidak pernah pergi jauh dari Dara. Tuhan selalu jadi pelita kakinya dan penerang jalannya... Mungkin sekali Tuhan ingin Dara belajar sesuatu dari tiap kedekatan relasi yang tercipta?? Who knows?? Daripada menyimpan sakit hatinya, Dara prefer melihat sisi positif dari cowok2 yang pernah dekat di hatinya... Lagi2 masalah pilihan: mo pilih yang positif or negatif?? Dara mau yang positif aja ah, kan sayang kalo otaknya disusupi BUNG NEGATIVE THINKING...:)

thanks to you, God!
Dara tertidur pulas dengan senyum di wajahnya. Sementara Rio Febrian dengan Kasih, masih mengalun dari CDnya...
Kau pelita kakiku, penerang jalanku
Dan ku takkan jauh dariMU
Sbab diriMu slalu ada di dalam hatiku

Happy and sad silih berganti, that's life! N this time, the episode with Fred begins... Dara's young leaf!!!:):)

Jkt, 17 Juni 04
-fon-


Dara: Unpredictable

At RS.Pondok Indah...

Dara dan young leafnya, Fred yang baruuu aja jadian, u know lah rasanya :)
Bagaikan langit di sore hari, berwarna biru-sebiru hatikuu-Oh asmara yang terindah mewarnai bumi...kata Melly Goeslow, yang kira-kira menggambarkan suasana hati Dara saat ini...:)
So, even ke mana aja nggak jadi soal deh... yang penting berdua n berduanya sama orang yang kita comfortable to be with donk hehe..

Eh, back to Dara-Fred yang baru jadian, siang itu mereka ke RSPI menjenguk temennya Dara yang sakit kanker. Actually, kondisi lagi sangat menyedihkan deh dari temennya yang sakit itu. Dara kasihan sekaliii sama dia. Anaknya 3 orang, temannya itu berumur 37 tahun, penopang ekonomi keluarga pula... Kemaren2 masih baik2 aja, mereka sering nyanyi di koor bersama-sama. Westin namanya. Westin adalah tenor andalan di koor mereka. Tiba-tiba saja dia gejalanya seperti sakit maag biasa, namun koq sampe collapse?? Akhirnya terdeteksi kanker hati stadium III, oh my GOD??? Banyak banget hal yang tak terduga dalam hidup ini and as unpredictable as it is: that's life!!

Masuk ke ruang VIP di RS tersebut, Dara melihat wajah kuyu Westin yang semakin kurus dari hari ke hari. "Sedihhh banget deh lihatnya, " ujar Dara dalam hati. Namun di depan Westin dan keluarganya, kira2 selama 15-20 menit, Dara harus tegar dan ceria untuk menghibur Westin, bukankah kehadirannya akan lebih berarti kalo Dara berusaha memberikan penghiburan bagi yang sakit dengan joke2 atau obrolan ringan dan bukan melulu omongan seputar penyakitnya??Bosen tauu, enough is enough kali ye buat si Westin utk ngomong soal kanker yang dideritanya terus-terusan. So, utk tau kondisi Westin sebenarnya, Dara selama ini tanya langsung ke istrinya Westin-Lisna via sms or telpon to keep update with Westin's condition...
Dara keep trying aja, walau mungkin sedikit memaksa diri utk bertegar hati sementara di dalam kamar RS itu adanya adegan yang sangat memancing air matanya...

Ketika Dara mengetuk pintu dan masuk, Lisna sedang menggosok punggung Westin dengan minyak, just wanna ease his pain.
Istri Westin, Lisna, terlihat sangat tabah, walau matanya terus berkaca-kaca.
Saat itu kelihatan sekali Westin kesakitan, dan Westin dengan wajah pucatnya memaksa diri untuk tersenyum ke arah Dara dan Fred. Walau hasilnya cuma meringis saja, tapi Dara appreciate banget usaha Westin.
" God, kuatkan aku... untuk bisa se-natural mungkin bicara sama Westin. Amin," doa Dara dalam hati...

Dara berhasil melalui that 15 minutes dengan baik. Dara cerita soal koor-koor mereka yang memukau orang, dan most of them krn tenornya Westin yang emang OK punya! Terus Dara juga cerita kekonyolan seputar persiapan team koor mereka akhir2 ini ke Westin, dan tampak wajah Westin cukup ceria...Yah, it seems that Dara has done her job pretty well at that time. Thank God... Dara cuma berjanji untuk mendoakan Westin dalam doa-doanya, semoga Tuhan beri yang terbaik, 'cause He knows the very best for all of HIS child and that includes Westin for sure...

Sementara Dara dah selesai menjenguk dan ngobrol-ngobrol sama Westin n Lisna, Fred dari tadi emang cuma be there and terus jadi a good listener. Dara juga sempat memperkenalkan Fred ke Westin n Lisna, as her 'friend', but u guyz know kan kalo relationship mereka sudah berkembang jadi more than friends...Abis baru jadian, nggak enak ngomong2 di tengah acara besuk kayak gini, gak matching lah haiii :)

Akhirnya mereka keluar dari RS Pd Indah dan mereka rencananya mau main ke Pondok Indah Mall donk, sekalian dah di situ...
Pas di depan Lobby RS, guess whattt?? Ada satu suara yang sangat familiar, yang bilang," Halo Dara, apa kabar??" Dara secara reflek langsung menoleh ke sumber suara yang ada di arah kanannya: My Goodness, itu kan EDMUND...?!?!? Ngapain lagi dia di sini??

Well, well, well... Dara kadang bingung juga, kenapa begitu banyak shocking experience yang terjadi dalam hidupnya... Rasanya baru aja dia terkaget-kaget saat ketemu dengan Hide San dan Aiko-istrinya di SOGO EX couple of weeks ago. N now, di saat Dara dah putuskan mau mencoba a new relationship with Fred, koq si Edmund nongol ya??

As unpredictable as it is: our journey in this world, ck ck ck... Dara masih menggelengkan kepalanya,UNBELIEVABLE- nggak percaya!!! How come?? Gimana caranya Edmund bisa balik Indo??

Tapi penasaran juga nih Dara, dia tanya langsung: " Hi...Koq bisa di RS sini??"
" Oh... Papaku operasi jantung, cukup parah. Jadi, I'm giving up my career there untuk nemenin papa mamaku, dan adikku di sini. I'm back for good this time and emang aku belum sempet ngomong sama kamu, krn mo bikin surprise...," jawab Edmund.

" Hmmm... begitu ya, " ujar Dara seadanya, karena masih bingung sama kenyataan yang ada. Surprisenya Edmund bener bener turns out to be A HUGE SURPRISE...

Anddd...Fred dari tadi melongo di antara mereka. Bak kucing yang melihat bola bolak balik di film kartun, mungkin begitu kira-kira ekspresi Fred. Dara langsung ambil alih, dan memperkenalkan, " Edmund, kenalin: ini Fred, teman dekatku..."

Fred : " Halo, aku Fred,"
Edmund: " Hi, I'm Edmund. Nice to meet you."
( maklumlah masih rada-rada 'bule' krn baru balik dari Amrik booo...)

Habis itu mereka berpisah, dengan janji Edmund utk mengontak Dara lagi beberapa waktu kemudian. Eh iya, soal Edmund, Dara sempet ngasih tau ke Fred. Hmmm, ini saatnya utk setia mempertahankan keputusan yang sudah Dara ambil. Untuk tetep try to be with her young leaf, even di hadapannya tadi sudah kembali orang yang selama ini mati-matian mau dia lupakan. Tapi Dara tadi melihat kedewasaan Fred, even dia menatap dengan tatapan nggak suka alias jealous, tapi Fred tetap berusaha logis dalam pembicaraannya dan tidak terbawa emosi. Well, Dara tambah respect sama Fred, sekali lagi: umur nggak masalah, yang penting sejauh mana kedewasaan seseorang, tul gak temans??:)

Sesampainya di Pd Indah Mall, mereka duduk di Oh la la Cafe, Dara sambil minum iced cappuccinonya sambil bengong sedikit. Terus lengannya disenggol oleh Fred, " Koq bengong? Masih mikirin Edmund ya??" tanya Fred.

" Iya sih, kaget aja...Kan dia selalu ada di Amrik sono... Tapi kamu tenang aja deh Fred, aku dah milih kamu right now, and aku mau memperjuangkan keputusanku ini. Bantu aku ya, pleaseee..." ujar Dara dengan pandangan memelas namun penuh kesungguhan ke arah Fred.

Ekpresi Fred terlihat lega. Dan dia langsung bilang, " I will, Dara... Apa sih yang nggak buat kamu??"
Mereka tersenyum bersama.

Cibubur at night, lokasi: kamar Dara

Setelah Fred mengantar Dara pulang. Dara mikir and mikir lageee...Sambil curhat sama sahabat sejatinya: Tuhan tentunya.
" God, aku tau bahwa hidup ini penuh perubahan, penuh kejutan yang tak bakal terselami oleh akal budiku.Unpredictable... Aku juga tidak tau apa rencanaMu di tengah kegalauan yang aku alami. Satu hal yang pasti: aku mau setia pada keputusan yang sudah kuambil. Aku tetap bersama Fred, karena kan baru jadian, masa' putus seehhh?? Tanpa alasan yang logis pulaa, mana mungkin?? Masa' gara-gara Edmund yang gak pasti itu aku harus nge-dump my dear Fred?? Nggak kali ya, Tuhan..." percakapan dalam hati Dara terus terjadi.

Sepertinya tiada jawaban yang pasti dalam doa Dara. Tapi terkadang, tidak selalu diperlukan solusi buat orang yang tengah curhat. Kadang cuma perlu mendengarkan dengan sepenuh hati... Tiba-tiba setelah Dara ngomong begitu dalam doanya, dia tenang... Dan tiba-tiba terdengar bisikan lembut di telinganya, " Setialah, anakKu. Sebagaimana aku Allahmu adalah Allah yang setia..."
"Amennn Tuhan. Thanks Lord!" ujar Dara dalam hatinya diiringi senyum di bibirnya.

Right or wrong, tokh the decision has been made. Tidak ada BENAR or SALAH dalam hal ini, selanjutnya belajar Setia terhadap keputusan yang diambil ,itu niat hati Dara. Semoga Tuhan, semoga aku bisa setia sebagaimana Engkau setia. Sambil menjalani hidupnya lagi, Dara terus berjuang utk setia dan taat. Kalo keadaan dibalik, dan ternyata Fred misalnya meninggalkan Dara cuma gara2 old flamenya kembali, gimana nasib Dara ya??? Well, nggak mau diperlakukan gitu, ya...jangan lakukan terhadap orang lain. SIPPP DEHH DARA!! Sambil menjalani secara serius relationship with Fred, tokh Edmund gak pernah say anything to her. Ngapain puzing sendiri, tul gak??

Hmmm... Dara menyetel TVnya pada channel RCTI, kali ini ada the Indonesian Idol Workshop. Lumayan bikin lega krn emang Dara suka banget sama yang namanya musik.
Atta dan Irgi masih membawakan acara, juri masih memberikan komentarnya yang kadang2 cukup sinis jg, para peserta wokshop masih tetap menyanyikan lagu andalan mereka. Yah, semua masih tetap pada tracknya. And I'm on your track, GOD! thank u...
I'll try to be faithful in this unpredictable life. As long as I'm with YOU, God, I'm sure I'll make it through somehow...:):)

The biggest smile ever appears on her face, it's all because of GOD!

Jkt, 22 Juni 04
-fon-

Dara: Going Where the Wind Blows

Someone said life is for the takin',here I am with my hand out,
Waitin' for a ride.
I've been livin' on my great expectations,what good is it when I'm stranded here,
And the world just passes by?
Where are the signs,to help me get out of this place?

If I should stumble on my moment in time,
How will I know?
If the story's written on my face,
Does it show?
Am I strong enough to walk on water,
Smart enough to come in out of the rain?
Or am I a fool?
Goin' where the wind blows.

Dara sedang mengemudikan mobilnya ke arah Taman Anggrek Mall, sementara Ita duduk di sebelahnya sambil ikut menyenandungkan lagu yang diputar di KIS FM, salah satu hit lama dari Mr.Big's album: Hey Man - Going Where the Wind Blows. Hari ini adalah hari ultahnya Ita. Dara dan Ita mau ngambil pesenan kue yang sudah mereka order di Eaton Taman Anggrek. Biasalah Fruit Cakenya kan kegemarannya si Ita... Nggak ada pesta sih, cuma makan-makan antarkeluarga dekat aja, yang pasti ada Fred donkkk...:)

Tiba-tiba tuh lagu terpotong di tengah, ketika penyiar radionya mengecilkan suara lagunya dan kemudian ngomong seperti ini, " Good afternoon ladies and gentlemen, u r still listening to KIS FM and still with me, Jonathan White. That was from Mr. Big with Going where the Wind Blows. Well, sometimes in this life, there's nothing we can do except going where the wind blows:smart or fool?? You decide then...Ha ha ha... " Terdengar suara tawa renyah dari balik microphone sang penyiar...

Dara tersenyum kecil dan mengangguk setuju, setengah menyembunyikannya dari Ita (karena Ita sampe sekarang belum tau kalo' Dara dah jadian sama Fred. Actually, Dara pengen ngasih tau ke Ita, but... msh menunggu moment yang tepat lah yaw...).
"Bener juga ya ta, kata-katanya Jonathan White tadi. Terkadang kita udah planning sebakul, ehhh... nggak ada yang jadi,malah enakan mengalir aja deh menjalani hidup ini...Going Where the Wind blows..." tukas Dara sambil mendendangkan ending dari reffrain lagu tersebut.

" Iya sih ra, gue sih setuju," Ujar Ita. " Kadang-kadang memang begitu..."

Percakapan itu terpotong karena mereka memasuki parkiran TA. Terus sebelum ke Eaton mereka membeli tabloid dulu. Biasa untuk tau info n keep update terus sama dunia musik n film, Dara terkadang baca-baca the hottest news about music n film lewat tabloid...

Setelah ambil kue, mereka langsung menuju ke rumah Ita. Di jalan, Ita membaca tabloid yang Dara beli. Di situ ternyata ada berita soal Justin Timberlake-Cameron Diaz, yang beda 9 tahun boo-tuaan Cameron, si ceweknya... Pas baca soal itu, Ita langsung komentar, " Gile... Bedanya 9 taon, ra... Ck ck ck...," sambil geleng-geleng kepala...
" Tapi, kalo seganteng Justin, gue juga mau lho ra...hahaha," Sambung Ita lagi.

Karena topiknya tiba-tiba match, Dara pengen banget nyambung ke soal dia dan young leafnya-Fred. Dia nyoba aja, sapa tau ini kesempatan utk ngomong ke Ita. " Ta, gue juga tadinya gak bisa nerima kalo cowok gue lebih muda. Nggak pernah kepikiran deh gue...Tapi kalo Justin sih, mau donkkk...Kapan lagi dapet cowok yang ganteng, jago nyanyi n nge-rap, terus dancenya juga keren.' Tul gak, ta??" Ujar Dara sambil tersenyum dan berpikir gimana yah mengaitkannya dengan young leafnya:Fred??

Ini kesempatan bicara deh kata hati Dara. " Ta, gue pengen deh ngomong ama elo... Kalo cowok gue misalnya lebih muda, what do u think??"

Ita : " It's ok buat gue koq ra, u know gue kan selalu support elo."
Dara : " Thanks, ta. Tapi kalo someone special itu yang elo jg kenal dekat, gimana menurut elo?"

Ita : " You're not talking about Fred kan, ra??" matanya memandang menyelidik ke arah Dara.

Dara: " What if tebakan elo bener, ta... Pendapat elo??"
Ita : " Mmmmm... Si Fred??!!?? Gue sih nggak kebayang aja, elo bisa jadian sama dia. Is it true??"
Dara: " Ya, ta... Tebakan elo bener..."
Ita : " Gue sih masih belum bisa nerima utk saat ini, tapi u know me lah. Gue selalu support keputusan elo. Cuma kali ini, gue bingung aja krn cowok elo itu adalah sort of adik angkat gue... Udah berapa lama kalian jalan bareng??"
Dara: " Sekitar dua minggu sih, gue ragu kasih tau elo, krn gue rada deg-degan ngomong ama elo, ta. Tapi kalo gue keep this from you, mau keep sampe kapan juga kan?"
Ita : " Honestly, gue kaget. Tapi gue hargai kejujuran elo, ra... Give me some time to digest everything n then balik support elo lagi deh ya."

Dara: " Thanks banget, ta. Gue tau, I can count on you!"
(sambil tersenyum n memandang Ita dengan tatapan penuh terima kasih...)

Mobil Karimunnya, Dara parkir di depan pagar rumah Ita. Mereka langsung masuk, dan ternyata sudah ada beberapa orang kumpul di rumah Dara. Rata-rata semua Dara kenal, kecuali seorang cewek manis, rambutnya hitam n panjang kayak iklan shampoo gitu deh. Langsung nyamperin Ita, " Happy birthday ya, Mbak..."

Ita berseru senang campur kaget, " Erika!!! Kapan balik?? Thanks banget ya... Wah, kejutan nih buat aku!" ( sambil cupika-cupiki: saling cium pipi kanan-kiri deh mereka berdua saling melepas kangen.)

Dara, tiba-tiba tersentak. ERIKA?? Itu kan mantannya Fred? Bukan mantan sembarang mantan, karena ERIKA sempat tunangan sama Fred. Namun, karena beda agama dan keduanya sama-sama taat, mereka memutuskan untuk mengakhiri pertunangan mereka. Dan Erika pergi ke Paris, belajar bahasa di sana selama dua tahun. Ternyata, setelah Erika pergi ke Paris, dia berubah penampilannya. Dulunya rambutnya pendek, sekarang panjang dan hitam, keren...ujar Dara dalam hati. Tapi rada deg-degan juga, gimana kelanjutan relasinya dengan Fred. Edmund dateng, Erika kembali pula?? BINGUNG...
Apalagi, sempat Ita cerita, kalo Erika sekarang sudah pindah agama, dia jadi Katolik di Paris. Unexpectedly...Wah, saingan beratnya kembali nih... Secara reflek Dara berpikir: Fred, mana Fred?? Matanya mencari ke arah kerumunan tamu di rumah Ita. Fred ternyata sedang bicara dengan maminya Ita. Raut wajahnya biasa saja...Tapi hatinya, nggak tau deh, ujar Dara. Kepala Dara terasa nyut-nyutan...Pusing. Ya Tuhan, susah bener ya?? Baru aja memutuskan, si Edmund dateng. Erika pula, Kau bawa kembali ke Jakarta dengan kondisi yang berbeda. Permasalahan utama yang memisahkan Fred-Erika yaitu agama, sudah nggak ada lagi krn Erika secara dramatis sudah pindah agama tanpa paksaan di Paris sana melalui seorang biarawati di seputar tempat tinggalnya...

Lamunan Dara terhenti ketika terdengar suara Fred memanggil namanya, " Dara, makan dulu yuk... Tumpengnya dah dipotongin tuh, tinggal dimakan aja!"

Dara rada gelagapan, karena tertangkap basah melamun: yaaa...ketauan deh... " Ok d...Fred!"

Di ruang makan, Erika masih ngobrol dengan Ita dan maminya Ita nimbrung juga. Emang, nyokapnya Ita cukup gaul dan bisa mingle sama temen-temennya Ita... Dara rada salting, nggak tau gimana harus bersikap, tapi dikuat-kuatin aja, padahalll...mboten strongggg...nggak kuku deh yaa...
Tapi Fred kayaknya netral-netral aja tuh. Dia masih bisa baik-baik ama Erika krn mungkin mereka putusnya baik-baik kali yaa. Kali ini, Dara yang rada jealous...Dara duduk rada di pojokan, sendiri. Sementara dia mengaduk-ngaduk piring yang berisi nasi tumpeng dan lauknya dengan sendoknya ( Dara tiba-tiba kehilangan nafsu makannya neehhh, puzing nggak seehhh??). Dan pada saat yang bersamaan, HPnya berbunyi, ada sms rupanya. Hai Dara, apa kabar?? Kondisi papa setelah operasi jantungya udah lumayan stabil. Sometime around next week, aku pengen deh ketemu kamu. Bisa kan ya?? Pleaseee....:):) sender: Edmund.

Oh My God... PUZINGGG Tuhan...
Dara menghela nafas panjang. Susahnya memperjuangkan suatu keputusan. Bikin keputusan masih gampang, tapi mempertahankannya?? Tidak semudah yang Dara kira. Namun, sekali lagi, Dara mungkin saja mengambil keputusan yang keliru, Dara masih belum tau untuk saat ini... Namun, Dara pengen going where God's wind blows... Berserah namun tetap berusaha. Ya, kalo dia dalam relationship with Fred, Dara akan setia lah haiii... Cuma, kalo cinta lama dateng kembali? Bukan hal yang mudah memang. Edmund:cool abis, Fred baik banget ( Dara tersadar: koq dia kayak iklan Pond's seehhh?? hehe... Melamunnya bisa ngocol juga ternyata :))

Dara still wants to stay here, di pojokan aja dia bengong sendiri : AMAN!! Pikirnya dalam hati. Sampai tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh seseorang, " Mbak Dara, apa kabar??" suara ceria dan wajah penuh senyuman ada di hadapannya. Erika menegurnya!! Dara harus gimana neeehhh??
Tenang Dara, tenang... Just going where God's wind blows...

Dara teringat kembali vokal Eric Martin, vocalistnya Mr.Big dalam lagu Going Where the Wind Blows yang dia dengar di radio tadi:
If I should stumble on my moment in time,
How will I know?
If the story's written on my face,
Does it show?
Am I strong enough to walk on water,
Smart enough to come in out of the rain?
Or am I a fool?
Goin' where the wind blows.

Dara still bingung neehhh...
Jkt, 28 Juni 04
-fon-

Dara: And the Story goes...

Previously on Dara :Erika nyamperin Dara dan tersenyum di hadapannya. Masih di rumah Ita, pada saat ultahnya...
And the story goes nih...:)

Dara masih tercekat, masih amazed, masih belum bisa ngomong apa pun. Tapi Erika di hadapannya, malah dengan ramenya terus aja cerita soal dia di Paris. Dan dia sekarang dah bisa ngomong bhs Perancis dengan cukup lancar, bukan kayak Dara yang cuma tau dari lagu Lady Marmalade aja, tanpa tau artinya apaan: voulez vous coucher avec moi se soir?? ( padahal kalo saja Dara tau artinya, pasti dia gak bakalan nyanyi sembarangan, krn ternyata artinya would you like to sleep with me tonite, so ... hati2 ya kalo nyanyi kan dah tau artinya now:) hehe..-fon-).

Erika : " Mbak Dara, ngapain aja kegiatannya selama 2 tahun ini??"
Dara : " Biasa aja, nggak banyak perubahan. Masih kerja di kantor, masih koor, masih fitnes-malah sempet belajar aikido sebentar waktu itu..."
Erika : " Wah, masih full ya kegiatannya! C'est maqnifigue! (Kira2 artinya That's terrific! kali ye...tebak Dara, maklum: kagak pernah belajar French, cuma sempet kursus Japanese doang kan..)
Dara : " Kalau kamu, kegiatannya di situ ngapain aja??"
Erika : " Kursus bahasa sih, J' apprend le Francais (artinya:I learn French) . Lama-lama, ada beberapa temen Perancis pengen belajar bahasa Indonesia. So, I mengajarkan bhs Indonesia deh ke mereka. Karena Mon Francais ( My French) blm begitu lancar, so...I campur2 pake Anglais ( means: English). Akhirnya, lumayan lho hasilnya. Mamaku nggak perlu ngirim biaya bulanan lagi, dari hasil nyambi beberapa kali ngajar seminggu. Minat mereka untuk tau soal Indonesie ( baca: angdonesi, artinya Indonesia lah haiii...)juga besar ternyata lho Mbakk..."

Dara sebetulnya rada mabok dengerin kata-kata Frenchnya si Erika. Tapi ya di luar puyeng krn bahasa campur-campurnya Mademoiselle Erika ( Miss Erika), yang lebih utama sih sejujurnya Dara puzinkkk banget krn pikirannya sendiri. Kekuatirannya juga dikarenakan Erika, mantan tunangan Fred telah kembali n now hadir di hadapannya saat ini.
Akhirnya, krn sudah tak tahan. Dara permisi pulang sama Ita. Ita masih sibuk dengan tamu-tamunya, yang tak disangka tak dinyana lumayan banyak juga, padahal katanya sih kecil-kecilan :), emang Ita lumayan populer juga sih anaknya, so...nggak heran kalo temennya banyak n even nggak diundang pun pada dateng ke rumahnya di hari ultahnya ini... Senengnya diperhatikan....:)

Dara doesn't wanna ruin Ita's happiness dengan kekuatiran dia, nanti2 aja dia baru ngomong ama Ita. So, dia cabut aja setelah pamit sama mamanya Ita dan Ita. Fred mengantar dia ke luar rumah menuju karimun birunya.

Fred : " Koq buru-buru sih ra?"
Dara : " Iya nih, tiba-tiba aku jadi moody banget n puyeng, pengen pulang aja ya..."
Fred : " Kenapa sih emangnya?"
Dara : " Mungkinnn...mmm.... nggak jadi ah!"
Fred : " Lho, koq nggak jadi seehhh?? Bikin penasaran aja nih my darling ini!!" ( sambil mengucek2 kepala Dara dengan perlahan)
Dara : " Belum bisa ngomong sekarang ya... Tapi nanti deh aku ngomong ke kamu, sementara kamu have fun aja di sini. Kan ada Erika juga, biar bisa cerita-cerita dengan bebas deh sonooo..."
Fred : " Oh gitu ya!! Hmmm... jangan-jangan kamu jealous sama Erika n then langsung bad mood gitu ya?? Betul kannn?? hahaha... Tapi aku sih seneng aja sama kecemburuan kamu, that means: u still put me above anyone else, and for sure above Edmund hahaha..."
Dara : " Whatever u say deh Fred... Puas ketawain aku?? (wajahnya sedikit manyun n cemberut, bibirnya sedikit maju...be te nih ceritanya si Dara...) Aku pulang deh...Nggak mau ngomong pokoknya!"
Fred : " Yaaa...Koq gitu sehhh??? Aku kan cuma bercanda lho, darling!"
Dara : " Darling? Emangnya Dadar guling?? Udah ah, aku mo pulang aja. Males explainnn... Yuk daag2 bye2. " (Ngikutin gaya Indy Barends di acara talk show gokil yang menarik banget: CERIWIS)

Dara masuk ke mobilnya and langsung aja tancap gas, meninggalkan Fred yang tercengang dan terbengong-bengong. Nggak nyangka banget kali ye kalo Dara bisa ninggalin dia begitu aja.
Biarin deh, kata hati Dara... Si Fred gue kasih kebebasan utk memilih Erika or dia... Padahal, mungkin aja nggak segitu parah sih keadaannya, itu perasaan Dara doank...Wong Erika baru balik, apa mungkin langsung bisa deket lagi ma Fred. Mereka jg gak kontak sekian lama, masa sih bisa langsung jadian lagi... Itu prasangka kamu aja sih Dara... Ada pertempuran dalam diri Dara sendiri. Satu sisi, dia mau percaya nggak ada apa-apa, tetapi di lain pihak Dara takut juga dengan munculnya Erika... Apalagi Edmund dengan smsnya yang ngajakin ketemuan. Koq tambah memusingkan aja neehhh...

Cibubur di sore hari, lokasi: kamar Dara

Dara tertunduk dengan wajah lemas. Gimana ya?? Aku pusing banget, kata hatinya... Dan ketika dilihatnya handphonenya yang diset pada silent mode, sudah ada 5 sms dan 8 missed calls, semuanya dari Fred.
Dara masih malas membaca smsnya. Ngapain juga pikirnya... Mending leha-leha di kamar, menenangkan suasana hati yang kacau. Sambil mendengarkan Brian McKnight's song yang berjudul One last Cry, tambah mellow aja deh Dara jadinya...

My shattered dreams and broken heart
Are mending on the shelf
I saw you holding hands, standing close to someone else
Now I sit all alone wishing all my feeling was gone
I gave my best to you, nothing for me to do
But have one last cry
Chorus:
One last cry, before I leave it all behind
I've gotta put you outta my mind this time
Stop living a lie
I guess I'm down to my last cry
Cry......
Well, is this the end?? Should Dara give one last cry to Fred today??Satu bagian dari dirinya bilang: " Koq kamu begitu bodohnya mau let go Fred, hanya karena kedatangan Erika. Segitu nggak Pe De nya kah kamu Dara?? Padahal kenyataannya, Erika kan masa lalu Fred. Tapi kamu kan adalah pacarnya saat ini??"
Namun, satu bagian lain dari dirinya bilang begini:" Ya...kamu siapa sih Dara?? Erika begitu muda dan cantik, agama yang jadi faktor pemisah, sekarang bisa jadi pemersatu krn dah sama agama yang mereka anut. Fred jauh lbh muda, Fred blm kerja. Are you sure you wanna keep this relationship goin'??"
Sementara Brian McKnight terus diputar berulang-ulang, ini emang kebiasaan Dara kalo mendengarkan CD yang lagi dia sukai. Dan bunyi bel di depan pintu, mau tidak mau memaksanya untuk berdiri dan bangkit dari tempat tidurnya. Siapa lagi ya sore menjelang malam begini?? Anyway, dia berjalan ke arah pintu juga.
Wajah Fred yang tampak stress dan sepertinya rada marah, tampil di hadapannya, saat Dara membuka pintu.
Fred : " Kamu kenapa sih, kayak anak kecil gitu?" Dara menjawab, " Nggak pa2..."
Fred menyahut agak kesal, " Nggak pa2 gimana?? Kalo ada masalah itu mendingan diomongin, nggak dipendam sendiri, apalagi bermain dengan pikiran kamu sendiri...Aku capek, ra... Kamu tau nggak sih?? Sms nggak dibalas, telpon dicuekin pula. Emang enak?? To keep it short, asal kamu tau aja, Erika itu pulang ke Indo dalam rangka mempersiapkan weddingnya dengan Pierre, cowok Perancis yang dia temui pas di Paris sono. Koq kamu malah cemburu n mikir yang nggak2 gitu sih?? End of this month, Erika juga bakal pulang Paris, as soon as semua suratnya ready."
Dara : " Yang bener Fred??!!???" Wajahnya kaget banget, tapi lega lah haii...:) " Sorry ya, kalo tadi aku sempet bertingkah aneh2, sebelum tau kenyataannya... Aku feel insecured banget soalnya... Sama kamu yang jauh lebih muda, ternyata nggak mudah utk aku sendiri. Tapi, thanks banget utk effort kamu sampe explain ke sini segala. Thanks a lot ya Freddd..." Ujar Dara manja sambil senyum ke arah Fred dan menggandeng lengan Fred.
Makanya Dara, kalo ada apa-apa diomongin donk... Jangan dipendam sendiri, kalo salah sangka gimana?? Kan nyusahin diri sendiri... N tonite, dalam genggaman tangan Fred, Dara mau belajar utk percaya kepadanya. Krn dasar suatu relationship yang sehat dengan boyfriendnya, kan harusnya based on trust...
Leganya!!! Satu soal dah kelar, Mademoiselle Erika?? C' est fini (artinya: It's finished). Tinggal Edmund doank nih next week... Tapi udah dulu ah... nggak mo mikir dulu. Mau bermanja ma Fred dulu yaaa... U guyz jangan ngiri yaaa hehehe...
Jkt, 6 Juli 04
-fon-


Dara: A Guy Called Edmund

Previously on Dara:
Ternyata kecemburuan Dara nggak beralasan. Erika, mantan tunangan Fred yang dateng ke Indo, bakal married dengan Pierre-the French Guy. Dara dan Fred sudah meng-clearkan masalahnya. N now, minggu yang Dara harap-harap cemas, ketemu dengan Edmund...

Sabtu pagi, di rumah Dara di Cibubur.

Well, this is the day, kata Dara dalam hati. Kemarin malam Edmund sudah mengirim sms dan sempet nelpon pula, untuk konfirmasi janji mereka hari ini. So, mereka bakal makan siang. Kali ini di Kawasan CITOS alias Cilandak Town Square. Dara sih ok aja, wong emang dia mau ketemu Edmund sih. Namun, statusnya sebagai girlfriendnya Fred, membuat keadaan pertemuan ini sedikit berbeda. Boleh dibilang, Edmund adalah sosok ideal yang dia suka. Namun, untuk waktu 3 minggu ketemuan dan pergi bareng, setelah itu kontak2 via sms-emails-phone calls selama 2 tahun, mungkin dekat di hati namun jarak juga yang memisahkan mereka. Terkadang, perasaan yang terbangun dalam long distance relationship tidak selalu sama saat bertemu. Mungkin lewat sms dan emails menggebu2, tapi bisa jadi pas ketemuan malah melempem, no CHEMISTRY at all... But, apalah artinya CHEMISTRY?? Itu kan nggak berlangsung lama, walau untuk Dara mungkin di awal CHEMISTRY memang diperlukan, then what's next?? Chemistry juga bakal pelan2 hilang. Bukankah relasi yang baik tercipta krn adanya komunikasi yang baik bukan cuma terfokus pada Chemistry melulu... Bahkan Dara pernah lihat n baca2 juga, katanya relasi husband-wife yang sehat krn komunikasi yang baik itu, akan berlaku kalo kita juga bisa menjadikan pasangan kita sebagai teman terbaik kita. Yeah, Dara thinks soo... How about u??

Bunyi reminder di HPnya yang bertuliskan janji dengan Edmund at 12, bikin Dara mau nggak mau mulai siap2: ganti baju-make up sedikit lah biar nggak pucat dan sambil melakukan itu semua, Dara flash back sedikit relationship dia dan Edmund.

Dara ketemu Edmund for the very 1st time di suatu wedding. Saat Dara jadi anggota koor di situ. Edmund menghampiri Dara seusai dia nyanyi di situ, dan mereka berkenalan. Sederhana tapi sangat membekas di hati Dara. Kadang lamanya suatu perkenalan nggak jaminan utk membangun suatu kesan yang mendalam, tul gak?? Yang bikin Dara nggak bisa lupa ama Edmund adalah hari-hari penantiannya, menunggu datangnya telpon Edmund or emailnya or smsnya. Comfortable banget cerita semuanya ke Edmund, dan Edmund juga begitu terbukanya cerita ke Dara soal semua hal. Masalahnya, itu cuma friendship aja or bisa merambah ke ASMARA nih?? Sometimes, some people will keep their friendship that way...krn takut merusak hubungan pertemanan yang sudah baik itu. Tapi banyak juga yang jadian krn awalnya berteman akrab-sudah saling mengenal, ngapain lagi cari2 orang baru?? Tergantung tiap orang sih...
Oh ya, satu lagi: umur Edmund setahun lebih muda dari Dara, tapi dia sudah mapan banget: punya kerjaan dan boleh dibilang siap married, ini bedanya Edmund sama Fred...

Lamunan Dara terhenti, ketika terdengar klakson mobil di depan rumahnya. Edmund dah dateng. Ngaret2 dikit sih, biasalah: typical Edmund... Dara knows him so well... Mungkin kalo dipikir2, perasaan Dara ke Edmund lbh dalam daripada Dara ke Fred. Tapi dulu krn long distance, gak mungkin utk Dara krn dia kecapekan dalam penantian dan ketidakpastian. Dengan Fred, rasa comfortable terbangun krn komunikasi dan pertemuan mereka yang intensif. BINGUNG... Tapi just go with the flow aja.

CITOS: Baker's Inn, Sabtu sore:

Sepanjang perjalanan ke CITOS, Dara nggak banyak bicara. Edmund yang lbh dominan dalam conversation mereka. Mostly cerita tentang kondisi bokapnya yang dah membaik pasca operasi jantungnya. Dan keinginannya utk meneruskan usaha bokapnya di Indo itulah yang membuat dia mau melepaskan semua yang dia punya di Amerika. For the sake of the family:" GOOD GUY..." Ujar Dara dalam hati... Tapi Fred juga good guy, sahut suatu suara lain dari hati Dara. Ehh, ngomong2 Fred tau nggak kamu mau pergi ma Edmund nih, Dara?? Jawabnya:nggak tau, krn Fred lagi melakukan riset ke Bandung sehubungan dengan thesisnya. Mungkin nanti2 saja Dara akan ngomong ke Fred n definitely not now...

Di Baker's Inn, mereka pilih duduk di depan aja, sambil melihat orang yang lalu lalang. Senengnya di CITOS, antarcafe itu ada jalur pejalan kaki alias pedestrian yang guedeee banget. Kadang Dara berasa kayak nggak di Jakarta dehh, tapi di luar negeri hehe...Boleh donk ber-imajinasi sedikit?? :)
Sambil pesen lunch, mereka terus ngobrol. Kali ini rada serius juga conversationnya.

Edmund : " Aku pengen deh membahagiakan papa di saat ini. To think that aku nggak tau, sampe kapan Tuhan mau kasih papa kesempatan hidup di dunia ini, aku pengen lakukan yang the best."

Dara : " Apa yang mau kamu lakukan??"

Edmund : " Papa bilang sih, dia akan sangat happy kalo aku married. Itu adalah keinginan dia yang terbesar. Dia pengen lihat aku married sebelum dia mati." ( sahut Edmund rada mellow...)

Dara : " Terus, kamunya gimana??"
Edmund: " Ya aku tetep pengen sih. Tapi cewek2 yang aku deketin di US sono, gak betul2 sreg aku jadiin istri. Mungkin juga blm ada yang cocok. "
Dara : " Emang kamu maunya yang kayak apa sih Ed? Terlalu high expectations and perfectionist susah juga lho...Padahal kalo kita pikir, kita sendiri nggak sempurnya, mau mengharapkan orang lain sesempurna gambaran yang kita bikin, rasanya susah deh Ed!!"

Edmund: " Actually, I've made a lot of thinking lately... Finally, I've figured out, orang seperti apa yang aku mau utk temen hidupku. Someone to spend the rest of my life with... Aku mau yang bisa ngobrolin apa aja, aku comfortable sama dia, dan dia low-profile plus gampang mingle sama keluargaku - krn I put my family ontop of my priorities, aku nggak terlalu memusingkan tampang lagi now nggak kayak pas aku di Amrik, kalo nggak cantik aku pasti nggak bakalan mau..."
Dara : " So, sudah ada kandidatnya siapa?"
Edmund: " Frankly speaking, udah sih, Ra..."
Dara : " Oh really??" ( Dara tak mampu menyembunyikan keterkejutannya)
Edmund : " That's why aku ajak kamu ketemuan hari ini. To discuss this thing with you. Karena, I really wanna let you know..."
Edmund kelihatan serius dan sangat mean what he said...

Dara rada gugup juga. Tapi mending tau kebenarannya saat ini. Yah, buat Dara actually nothing to loose. Tokh she's already got Fred with her. Cuma penasaran aja, pengen tau...

Edmund menyambung lagi percakapan mereka, " Aku langsung straight to the point aja ya,ra. After made a lot of thinking, I came to realize that, the girl that I want to spend the rest of my life with is YOU."

Dara kaget. Bingung. Speechless.Bener2 kehabisan kata-kata. Ternyata mimpi2 dia selama ini nggak bertepuk sebelah tangan. Coba kenyataan ini dia dengar couple of weeks ago sebelum Dara jadian ma Fred... But, now things are not the same lah haiii....

Dara menelan ludah dengan rada susah, krn tercekat tapi memaksakan diri juga untuk menjawab sambil menenangkan hatinya," Ed, thanks banget, sebetulnya aku juga mikir banyak soal kamu, but krn long distance itu nggak mudah buat aku, so I decided to let you go. Now, you're back. But, my condition is different krn Fred dah jadian sama aku dan aku sangat comfortable dengan dia: komunikasi kami lancar. Kedatangan kamu yang sudden bikin aku bingung. Apalagi dengan ngomong kayak gini... I think I need some time alone utk mikir segala sesuatunya..."

Edmund menjawab, " Waktu menunggu?? Ok lah... Tapi tolong cepat ya... Aku nggak sabar lagi lho ra...Terus, si Fred itu kan masih kuliah S2, blm kerja, belum mapan. Beda sama aku. Apa sih yang kamu harapkan dari dia??Kenapa nggak milih aku aja sih??"

Dara : " Kalau kamu dateng sebelum aku jadian, mungkin kita bisa nyoba jalan. Tapi sekarang?? Aku musti mempertimbangkan perasaan Fred juga donk...Anyway, just give me some time deh untuk bener2 mikir... Sementara, biar aku sendiri aja...But thanks utk pengakuanmu... I appreciate it so much."

Dara menghela nafas... Sebetulnya sulit buat dia utk ngomongin itu semua. Thank God, semuanya lancar sampe detik ini. Bingung memikirkan perasaannya, apalagi kalo ngikutin perasaan dia dulu pastinya nggak fair utk Fred. Dan sekarang, perasaannya ke Fred sudah lebih berkembang pelan2 tapi pasti karena banyak spend waktu bareng dan Fred is a very nice and considerate guy.
Apa yang terbaik?? Dara nggak tau... Tapi kehadiran A Guy Called Edmund, cowok dari masa lalunya dia bikin Dara kacau juga. Don't know what to do. Still bengong at Baker's Inn... Pengennya cepetan pulang, tapi Edmund ngomong melulu-ngoceh2 terus. Well, sabar Dara...sabar...sekarang jalanin dulu apa yang ada. Tiba2 Dara teringat kamarnya yang bener2 room sweet room utk dia, pengen pulanggggg n merenungkan semuanya iniiii....

Dara yang lagi kepengen some time alone n think...Pengennya cepat pulang...Pulangggg!!-ala Marcell- :)
Jkt, 9 Juli 04
-fon-


Dara:My Sweet Young Leaf

Previously on Dara:
Edmund, cinta lama Dara, mengajak Dara janjian untuk makan siang Di CITOS, saat Fred-young leafnya Dara sedang riset tesisnya ke Bandung. Di Baker's Inn, Edmund mengungkapkan perasaannya ke Dara. Dara seharusnya happy kalo saja dia masih available, namun karena sudah jadian sama Fred, malah tambah pusing si Dara ini... What to do??

Sabtu Malam di Cibubur
Lokasi: Dara's room sweet room

Akhirnyaaa... dengan selamat sentosa, Dara sudah berada di kamarnya right now. Setelah kejadian yang cukup mengejutkan di Baker's Inn tadi, Dara perlu some time alone n think...
Kalau saja keadaan tidak seperti sekarang... Namun, Dara berusaha berpikir secara obyektif juga, sambil meninjau kembali perasaannya yang semakin berkembang terhadap Fred.

Edmund memang semacam dream comes true buat Dara. Tapi gimana ya?? Sangat membingungkan...
Hpnya berbunyi, ada sms yang masuk: dari Fred di Bandung,isinya begini:" Apa kabar sweetie? Aku capek banget hari ini tapi hepi juga. Guess what? Sama pabrik garmen tempat aku melakukan riset, aku ditawarin kerjaan sebagai manager di Jakarta. Senengnya...R u hepi 4 me, honey?"

Iya lah Fred, Dara pasti hepi for u... Bukannya tadi pas di CITOS, Edmund dengan gampangnya bilang kalo si Fred itu blm mapan, krn status young leaf itu, yang bikin Edmund somehow merasa menang dari Fred. Terus terang, Dara kurang suka lho waktu Edmund bilang begitu... Emang sih kenyataannya seperti itu, tapi ngapain juga dia membanggakan dirinya di depan Dara yang udah jadian ma Fred. Biar memperkuat posisinya?? Mungkin juga...

Minggu malam di Rumah Dara

Fred dah pulang sedari siang. Dan malam ini rencananya si Fred bakal datang ke rumah Dara. Ya, dari tadi Dara dah nungguin dia, sambil dah mesen makanan, kali ini delivery aja: Pizza Hut...

Fred nyampe dan mereka saling melepas kangen, berpelukaaannn..Teletubbies gak seehhh?? hehe.. Fred bilang kalo perjalanan dia baik aja dan berhasil mendapatkan tawaran kerja pula, what a journey!!! Thank God banget ya!

Dara, dari tadi mikir, gimana enaknya ngomong sama Fred soal Edmund. Dara pengen lihat reaksi Fred juga. Kan dia dah lihat betapa defensifnya Edmund yang cerita soal kelebihannya dengan 'sedikit banyak' mendiskredikkan Fred yang dianggap muda, belum mapan pula...
(Tapi sebetulnya, Dara rada condong ke Fred: karena ke satu ingin setia terhadap keputusan yang diambil, dan ke-2: rupanya witing tresno jalaran soko kulino terjadi, di mana semakin banyak Dara bertemu sama Fred, the feeling grows stronger and stronger each day...:))

Dara mempersilakan Fred duduk di sofa ruang tamunya. Dan mereka bercerita. Akhirnya, Dara memberanikan diri utk bilang ke Fred, " Fred, kemarin aku ketemu Edmund. N kamu tau nggak, dia bilang suka sama aku... "

Fred menghela nafas sedikit terlihat keningnya sedikit berkerut, lalu menjawab, " Aku selalu menyayangi kamu. Apa pun keputusan kamu, aku akan dukung. Walaupun sulit buat aku, dan terdengar ' cliche' alias klise, tapi mencintai buat aku tidak berarti harus memiliki. Kalo kamu akan lebih hepi dengan Edmund. Go ahead, walau sakit mungkin buat aku...I'll support u n I'll let u go..."

Saat itu juga Dara tak kuasa membendung aliran air matanya. Tuhan, cowok sebaik ini?? Haruskah dia sia-siakan?? Yang memikirkan kebahagiaannya ontop of everything? Even Edmund tidak bisa melakukannya... Dia malah menjelekkan Fred untuk mendapatkan Dara. Kalau kamu ada di posisi Dara, apa yang akan kamu lakukan??
Dara mencoba bicara sama Fred di tengah isak tangisnya yang pelan, " Fred, aku nggak bermaksud memilih dia. Dia datang pada saat yang tidak tepat, di saat rasa cintaku sudah terlanjur berkembang ke kamu. So, saat ini juga, tanpa ragu: I wanna let u know, aku tidak berpikir bahwa masa depan kita akan selalu mudah, selalu mulus penuh keceriaan, or selalu menyenangkan. But, if I have to spend the rest of my life with someone, let that special someone is YOU, Fred... Edmund tidak mengasihi aku seperti kamu, dan aku kira chemistry aku ke dia sudah berlalu...Mungkin aku terjebak dalam anganku semata tapi sekarang aku sudah bangun dari tidurku, my sweet young leaf..."

Dara sempet mikir, koq kata2nya rada 'telenovela' ya kali ini?? Tapi peduli amat lah!! Wong mereka sama2 mengekspresikan perasaan hati yang ada. Memang masa depan yang terbentang di depan sana masih kabur, nggak ada yang pasti. Satu hal yang pasti, Dara mengikuti kata hatinya dan memilih Fred. Kuatkan aku Tuhan, biar bisa setia, ujar Dara dalam hati...

Dara dan Fred melanjutkan obrolan mereka terus dan terus... sampai jauh malam. Dan saat Fred mau pulang, dia memberikan sebuah amplop, katanya: " Selama aku riset di Bandung, aku menuliskan sesuatu utk kamu. Hope u'll like it ! "

Dara at her room sweet room:

Setelah Fred pulang, Dara langsung bergegas masuk ke kamarnya dan membuka amplop putih tadi. Apa sih yang ditulis Fred buat dia??
Ternyata isinya surat singkat:

Bandung, di malam hari, Juli 04
Alone.Thinking about u tonite...

Dara,
I just wanna let u know that u r the best thing that happens to me. Aku sempat membayangkan hari-hariku tanpa kamu dulu, kenapa nggak secerah ceria seperti sekarang. Aku tau, mungkin aku masih muda, lebih muda dari kamu, tapi aku mau berusaha. Dan u know what?? Dengan mendapatkan tawaran kerja dari perusahaan garmen ini, aku mulai memikirkan kemungkinan kita menikah, atau merangkai masa depan yang indah. Karena aku sudah mau selesai thesis dan dapat kerjaan pula. Thank God!
If I ever have the chance to thank God, that's when God let u become my special one... Aku nggak punya apa-apa, cuma hati yang tulus mengasihi dan mencintaimu. Aku kutip puisi kegemaranmu dari film AADC, aku bukan Nicholas Saputra dan kamu bukan Dian Sastro, tapi kita punya rasa yang kurang lebih sama yang digambarkan tuh film. Kita bukan ABG, tapi nggak ada salahnya kan?? :):)
Dari buku Ada Apa dengan Cinta:sebuah skenario yang aku beli tadi di toko buku, aku tulis untuk kamu, to express my deepest feeling for u, sweetie! :)

Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta.
Atas dirinya...
Digenangi air racun jingga
Adalah...
Wajahmu seperti bulan lelap tidur di hatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya...
Meninggalkan hati untuk dicaci
Percaya...
Sampai darah ke lutut pun aku tak percaya
Lalu...
Rumput tersabit
Sekali ini aku lihat karya surga
Dari mata seorang hawa
Percaya...
Tak Tahu...
Ada apa dengan cinta?
dan...
Aku akan kembali dalam satu purnama
untuk mempertanyakan kembali cintanya...
Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku, karena aku ingin kamu
Itu saja.

Perasaan Dara campur aduk, yang pasti: terharu-gembira-bersyukur. Untunggg Dara pilih Fred, kalo misalnya dia pilih Edmund, mana mungkin Dara bisa membaca surat puitis-manis dari young leafnya?? Surat manis, semanis pengirimnya: my sweet young leaf, ujar Dara dalam hati. Aku mau mempertahankan relasi ini, no matter what, kalo Tuhan menghendaki tentunya...

Tiba-tiba Dara kepengen ngetik sms dehhh... Yang satu untuk Edmund: Ed, I think it's over between us. Harus di sinilah kita berpisah. Thx n Tk care! (terpengaruh Kia AFI juga seehh, harus di sinilah kita berpisah, lambaikan tanganmuuuu...)

Satu lagi, untuk her sweet young leaf donkk, Dear Fred, I love uuu...that's all that I can say right now. Thank God, now that I've found u....

Dara tersenyum, di ujung hari ini, Dara decided to be with Fred, her sweet young leaf whatever it takes, as long within God's guidance juga dehhh...

Udah ahh, Dara mo bobo dulu yaaa... Dengan senyum di bibirnya, Dara tidur, semoga mimpiin Freddd yaaa... Edmund?? Maaf, maafkan diriku yang telah membuat hatimu terluka...(Rio Febrian neehhh).

Jkt, 16 Juli 04
-fon-

PS: thanks utk perhatian, support, kesan, masukan dan pesan temen2 selama serial Dara berlangsung. Namanya juga baru pertama kali Premiere gitu lho, mungkin masih banyak kekurangan di sana sini... Smoga nanti akan ada ide2 fresh from the brain yang mengalir lagi ya... Sampai jumpa! :) -fonny-